KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) membidik pertumbuhan kinerja sekitar 10% di tahun 2021. Optimisme ini berdasar pada kondisi pasar tembakau iris yang diperkirakan baik pada tahun depan. Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono memproyeksi, daya beli masyarakat belum akan menguat secara signifikan pada tahun depan, sebab pemulihan ekonomi memerlukan waktu yang tidak sebentar. Dengan demikian, produk-produk tembakau iris yang memiliki harga lebih murah ketimbang rokok diperkirakan akan lebih diminati. “Rokok jadi rata-rata harganya sudah sekitar Rp 20.000 per bungus, kalau rokok-rokok murah di desa-desa harga terendahnya Rp 10.000 isi 12 batang. Untuk produk kita harga ecerannya Rp 5.000 per bungkus sudah bisa jadi rokok kurang lebih 35 batang,” terang Djonny saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (9/12).
Indonesian Tobacco (ITIC) bidik pertumbuhan kinerja dobel digit pada tahun depan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) membidik pertumbuhan kinerja sekitar 10% di tahun 2021. Optimisme ini berdasar pada kondisi pasar tembakau iris yang diperkirakan baik pada tahun depan. Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono memproyeksi, daya beli masyarakat belum akan menguat secara signifikan pada tahun depan, sebab pemulihan ekonomi memerlukan waktu yang tidak sebentar. Dengan demikian, produk-produk tembakau iris yang memiliki harga lebih murah ketimbang rokok diperkirakan akan lebih diminati. “Rokok jadi rata-rata harganya sudah sekitar Rp 20.000 per bungus, kalau rokok-rokok murah di desa-desa harga terendahnya Rp 10.000 isi 12 batang. Untuk produk kita harga ecerannya Rp 5.000 per bungkus sudah bisa jadi rokok kurang lebih 35 batang,” terang Djonny saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (9/12).