KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) berencana merilis mekanisme suku bunga baru bernama INDONIA. Sejumlah ekonom menilai, INDONIA yang akan menggantikan suku bunga satu malam (overnight) dalam Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) bisa memberi banyak keuntungan. Melalui mekanisme transaksi, tingkat suku bunga pasar uang antarbank (PUAB) akan lebih kredibel sekaligus mencerminkan kondisi pasar sesungguhnya. Sebab, perhitungan bunganya atas dasar transaksi, bukan kuotasi dari bank-bank kontributor.
Tentu, itu bakal memperdalam transaksi derivatif atau lindung nilai lantaran selama ini preminya mengacu JIBOR. "Kalau JIBOR tidak transparan, perhitungan premi transaksi lindung nilai tidak efisien," kata Josua Pardede, Ekonom Bank Permata ke KONTAN kemarin (22/7). Perhitungan premi transaksi lindung nilai yang tidak efisien, Josua menduga, jadi salah satu penyebab banyak korporasi enggan melakukan aktivitas itu. Perusahaan-perusahaan pun lebih menyukai pembelian dollar Amerika Serikat (AS) di pasar spot. Jika perhitungan premi tersebut lebih efisien, Josua memperkirakan, pelaku pasar mau melakukan transaksi lindung nilai. Alhasil, permintaan dollar AS akan terkelola lebih baik sehingga bisa mengurangi volatilitas rupiah. "Setiap perusahaan sudah tahu mau impor sesuatu, dia bisa lock-up rupiahnya sekarang. Jadi, saat butuh dollar untuk impor, dia enggak perlu bayar dollar lebih mahal. Ini mengurangi risiko fluktuasi kurs dan menguntungkan pelaku pasar," jelas Josua. Saat ini, pergerakan nilai tukar rupiah sangat fluktuatif. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs mata uang garuda pada Jumat (20/7) pekan lalu mencapai level Rp 14.520 per dollar AS, melemah dari hari sebelumnya yang masih ada di posisi Rp 14.418 per dollar AS.
Menurut Eric Sugandi, Project Consultant Asian Development Bank Institute, INDONIA yang perhitungan bunganya berbasis transaksi akan membuat pasar lebih efisien. Ini seperti yang berlaku di Inggris melalui Sterling Overnight Interbank Average Rate (SONIA) sebagai alternatif pengganti London INterbank Offered Rate (LIBOR). Kalau pasar efisien, transmisi kebijakan moneter bank sentral akan lebih lancar. Sebab, "Traders tidak bisa seenaknya mengambil margin yang besar pada waktu kuotasi seperti di LIBOR," sebut Eric. Jika traders memasang margin besar, bunga kredit akan sulit turun. Akibatnya, pertumbuhan kredit tidak optimal meski BI telah melonggarkan kebijakan. Eric menambahkan, pasar yang lebih efisien juga akan membuat suku bunga bergerak lebih fleksibel. Pada akhirnya, pergerakan tersebut akan memengaruhi kredit perbankan dari sisi pasokan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie