Indopremier kebanjiran proyek penjaminan emisi



JAKARTA. Indopremier Securities bakal menggenjot lagi bisnis penjaminan emisi (underwriting) tahun ini. Jika tidak ada aral melintang, manajemen akan mengerjakan proyek underwriting dengan porsi senilai Rp 7 triliun.  "Kami sudah mendapatkan mandat. Jadi nilai porsi penjaminannya sudah pasti," kata Rayendra L. Tobing, Direktur Indo Premier, saat Market Outlook 2013, Selasa (8/1).

Indopremier mengungkapkan, penjaminan emisi tersebut berasal dari lima penerbitan obligasi (issuance) dan tiga penawaran umum saham perdana (IPO).  Nilai penjaminan sebesar Rp 5 triliun berasal dari issuance yang didominasi perusahaan keuangan dan Rp 2 triliun dari IPO perusahaan non-keuangan. "Kuartal pertama ini, kami selenggarakan tiga public expose," kata Rayendra. Ketiga perusahaan yang akan issuance menggunakan pembukuan September 2012.

Sayang, Indopremier enggan membeberkan target pendapatan dari bisnis penjaminan emisi tahun ini. "Wah, kami  bukan perusahaan publik, jadi itu rahasia dapur, dong," tukas Rayendra.


Meski demikian, manajemen Indopremier memastikan pendapatannya tahun ini kian membesar. Melihat prospek penjaminan emisi tahun ini, Indo Premier akan mengejar proyek underwriting senilai Rp 11 triliun sepanjang 2013.

Catatan saja, tahun lalu, Indo Premier kebagian porsi proyek underwriting sebesar Rp 10,5 triliun. Dari jumlah tersebut, issuance masih mendominasi dengan porsi nilai Rp 9,7 triliun. Sisanya berasal dari penjaminan IPO.

Potensi pendapatan perusahaan dari divisi yang lain juga kian besar. Soalnya, peraturan terbaru tentang forced sell (jual paksa) justru bisa menambah pendapatan bunga dari bisnis transaksi margin.

Sebelumnya, Indopremier memberlakukan forced cell pada hari keempat setelah transaksi (T+4). Nah, pada T+3 biasanya Indopremier belum mengenakan bunga, tapi lebih dari tenggat waktu, Indopremier mengenakan bunga untuk transaksi marjin.

Peraturan yang sekarang memang bisa memberikan pendapatan lebih dari transaksi marjin, karena T+ yang diberikan lebih lama. "Tapi, itu kalau kami berpikir duit, namun, kami enggak mengandalkan bisnis itu karena transaksi marjin juga membahayakan sekuritas," jelas Jayawati Sukidjan, Vice President Business Development & Corporate Marketing Indo Premier.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: