Indoritel (DNET) Milik Grup Salim Bidik Pertumbuhan Bisnis Fiber Optik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Entitas Grup Salim, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) sedang fokus dalam bisnis penyedia infrastruktur telekomunikasi melalui anak usahanya, PT Mega Akses Persada alias FiberStar. 

Sejatinya, FiberStar telah berdiri pada 2014 sebagai penyedia serat optik atau fiber optic. Hingga akhir 2023, FiberStar telah menjangkau 17 provinsi yang terdiri dari 135 kota maupun kabupaten. 

Per 31 Desember 2023, total panjang gelaran fiber optic FiberStar telah mencapai 43.918 kilometer (km). Di periode yang sama, jumlah sambungan pelanggan (home connected) FiberStar mencapai 336.837 pelanggan. 


Baca Juga: Anak Usaha Indoritel Makmur (DNET) Mendapat Tambahan Pinjaman Rp 1,62 Triliun

Direktur Indoritel Makmur Internasional, Harjono Wreksoremboko, menjelaskan untuk tahun ini, ada beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan oleh DNET. Pertama, peningkatan permintaan akan layanan dan produk serat optik. 

Kedua, peluang untuk melakukan akuisisi dan pengembangan jaringan fiber optik yang lebih panjang dan luas. Terakhir, memperoleh sertifikasi lingkungan untuk produk dan layanan fiber optik. 

 
DNET Chart by TradingView

"FiberStar berencana menambah panjang gelaran kabel sepanjang 5.000, sehingga diharapkan total panjangan gelaran pada akhir tahun ini mencapai 49.000 km atau 500.000 home passed," ucap Harjono, akhir pekan lalu. 

Sementara, DNET target sambungan pelanggan FiberStar bisa mencapai 500.000 hingga tutup tahun ini. Jumlah tersebut meningkat 48,44% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari capaian 2023.  

Baca Juga: Kinerja Emiten Ritel Diprediksi Naik, Simak Rekomendasi Saham AMRT, MIDI, dan DNET

Untuk bisa mencapai target tersebut, DNET menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 1 triliun untuk ekspansi FiberStar. Capex itu akan berasal dari pinjaman bank dan dana internal. 

Sebelumnya, PT Mega Akses Persada telah menandatangani perjanjian kredit sindikasi tambahan dari  PT Bank Negara Indonesia Tbk dan Bank of China dengan maksimal plafond sebesar Rp 1,62 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli