KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH) tengah menyiapkan sejumlah rencana ekspansi untuk menggenjot kinerjanya tahun ini. Masih hangat, ISAT bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi), Cisco, dan Nvidia, baru saja meresmikan Indonesia’s AI Center of Excellence, Jumat (11/7). Program ini dikhususkan untuk membangun infrastruktur AI yang menjamin keamanan siber sekaligus melatih talenta-talenta baru di bidang tersebut. AI Center of Excellence ini didukung teknologi Nvidia termutakhir yang dilindungi intelligent infrastructure dari Cisco dan mengadopsi jaringan digital yang dimiliki Indosat di Tanah Air.
Prospek ISAT di 2025
Analis Panin Sekuritas Aqil Triyadi mengatakan, kinerja ISAT tahun ini masih dapat menanjak kendati dengan tempo yang cukup lambat dari tahun sebelumnya. Namun, kenaikan kinerja ISAT akan lebih baik ketimbang emiten telekomunikasi lainnya. “EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) ISAT kami perkirakan akan tumbuh di 6%-8% YoY di tahun 2025 ini,” ujar Aqil kepada Kontan, Jumat (11/6). Alasannya, Aqil melihat kinerja keuangan ISAT cukup positif pada kuartal l 2025. Tercatat, laba bersih ISAT tumbuh 1,26% YoY dari Rp 1,29 triliun menjadi Rp 1,31 triliun berkat efisiensi yang dilakukan perusahaan. Tercatat, jumlah beban ISAT di periode tersebut mencapai Rp 10,78 triliun, menurun 2,54% YoY dari Rp 11,06 triliun di kuartal l 2024. Sementara itu, pendapatan ISAT turun 1,86% YoY menjadi Rp 13,57 triliun di kuartal I 2025. “Perseroan juga konsisten pada strategi pertumbuhan ARPU (rata-rata pendapatan per pengguna) ke depan,” ujar Aqil. Aqil menambahkan, kolaborasi terbaru dengan Nvidia dan Cisco juga dapat mendongkrak pertumbuhan secara jangka panjang. Sebab dia melihat, teknologi AI dapat memacu efisiensi perusahaan sebagaimana tercermin dari laba yang masih naik. “Namun patut dicermati terkait dinamika persaingan di industri serta masih lemahnya daya beli yang dapat membawa pertumbuhan kembali melambat,” wanti Aqil. Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas pun sependapat. Selain itu, isu merger atau akuisisi lain di sektor ini dan perubahan regulasi terkait tarif Amerika Serikat juga menurutnya patut dipantau. Namun sejauh ini, Sukarno melihat kinerja ISAT yang cukup solid di tengah kompetisi ketat industri telekomunikasi. “Prospek jangka menengah masih menarik, terutama dari monetisasi data, sinergi pasca-merger, dan potensi atas ekspansi bisnis baru,” terangnya. Baca Juga: Indosat (ISAT) Merevisi Target Kinerja Tahun Ini, Begini Rekomendasi Sahamnya Dari sisi valuasi sahamnya, Sukarno melihat nilainya relatif undervalued, dengan price to book value (PBV) dan price to earnings ratio (PER) di bawah rata-rata sektoral. Ke depan, Sukarno mewanti investor untuk mencermati laporan keuangan kuartalan ISAT, sembari memantau perkembangan proyek 5G dan realisasi belanja modalnya. Adapun, saham ISAT bergerak stagnan di perdagangan Jumat (11/7) di level Rp 2.100 per saham, begitupun dalam sebulan terakhir. Namun sejak awal tahun, saham ISAT telah merosot 15,32%.ISAT Chart by TradingView