KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk berhasil menyelesaikan penataan ulang
(refarming) pita frekuensi radio 2,1 GHz lebih cepat dari target. Tidak ingin terlena, emiten berkode saham ISAT ini pun mulai menyiapkan sejumlah rencana bisnis di tahun ini. Sebagai informasi, usai memenangi lelang pita frekuensi radio 2,1 GHz pada Oktober lalu, Indosat bersama sejumlah perusahaan lainnya melakukan penataan ulang pita frekuensi radio dengan kapasitas yang sama, mulai 21 November tahun lalu. Indosat sendiri berhasil menyelesaikan bagiannya pada 12 Februari 2018. Padahal, batas waktu yang ditetapkan pemerintah untuk proyek tersebut adalah tanggal 1 Maret. Indosat pun menjadi emiten telekomunikasi pertama yang berhasil menyelesaikan penataan ulang.
Presiden Direktur dan CEO Indosat Joy Wahyudi mengatakan, adanya penambahan pita frekuensi radio ini sejalan dengan visi Indosat yang ingin meningkatkan kualitas layanan data internet, sehingga bisa dinikmati oleh para pelanggannya. Selain itu, penambahan tersebut juga merupakan upaya perusahaan halo-halo ini untuk mendukung program prioritas pemerintah, terkait penetrasi internet di seluruh penjuru Indonesia. Seiring dengan bertambahnya pita frekuensi radio, Indosat pun mulai menata rencana ekspansi pada tahun ini. Meski belum menjelaskan secara rinci, Joy mengatakan, tahun ini Indosat akan lebih banyak fokus pada pembangunan
base transceiver station (BTS) di lima provinsi di luar Pulau Jawa. Ekspansi di luar Jawa dilakukan lantaran selama ini pangsa pasar Indosat cenderung terpusat di kawasan JawaBali. Sehingga, persaingan yang ketat antarsesama emiten telekomunikasi pun sulit dihindari. Informasi saja, jumlah BTS yang dimiliki Indosat hingga akhir kuartal III 2017 lalu tercatat sebanyak 60.247 unit, yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, mayoritas BTS tersebut terdapat di Pulau Jawa. "Kami lebih menekankan di daerah luar Jawa untuk menjawab kebutuhan pelanggan di daerah-daerah tersebut," kata Joy kepada KONTAN, belum lama ini. Meski demikian, pembangunan BTS pada tahun ini tetap dilakukan secara selektif. Sehingga, kualitas layanan dan jaringan data yang dihadirkan ke pelanggan, bisa tetap sebagus kualitas jaringan di Pulau Jawa. Produk baru Fokus Indosat pun sebenarnya tidak melulu soal pembangunan dan pemeliharaan BTS. Emiten penyedia jasa seluler ini juga berupaya meluncurkan beberapa produk baru demi meningkatkan jumlah pelanggannya. Joy mengatakan, salah satu produk Indosat yang belum lama ini diluncurkan adalah paket Yellow pada Desember 2017 kemarin. Ia mengatakan, salah satu bentuk tawaran paket tersebut adalah layanan data internet sebesar 1 GB yang bisa dibeli seharga Rp 1.000 dalam masa waktu 24 jam. Promosi paket itu masih akan dilakukan Indosat sepanjang tahun ini. Beberapa paket baru Indosat lainnya pun akan segera menyusul. Salah satunya akan diluncurkan menjelang momen bulan Ramadan nanti. "Secara umum, paket-paket kami fokus pada layanan data. Namun, kami tetap memberikan porsi yang cukup untuk layanan telepon dan SMS," ungkap Joy. Kehadiran produk baru ini diharapkan bisa meningkatkan jumlah pelanggan Indosat pada tahun ini. Berkaca pada akhir 2017 lalu, Indosat telah memiliki 110 juta pelanggan. Angka ini melonjak 29% dibandingkan tahun sebelumnya. "Seharusnya tahun ini juga ada peningkatan signifikan," kata Joy. Demi merealisasikan berbagai rencana bisnis tersebut, Indosat telah menyiapkan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 6 triliun–Rp 7 triliun pada tahun ini. Dari jumlah tersebut, 20%–30% di antaranya dialokasikan untuk keperluan pembangunan BTS baru di luar Pulau Jawa. Adapun sisanya akan digunakan sebagai biaya peningkatan kapasitas dan kualitas BTS yang telah ada. Sisa dana juga digunakan untuk modal produksi produk paket baru.
Walau tidak menyebutkan angka, Joy yakin pertumbuhan pendapatan Indosat sepanjang tahun 2018 ini tidak akan jauh berbeda dengan pertumbuhan industri telekomunikasi saat ini. Terlebih lagi, kebutuhan masyarakat terhadap produk telekomunikasi terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini masih akan menjadi menjadi katalis positif bagi pemain industri telekomunikasi, termasuk Indosat. Ia menambahkan, tantangan terbesar perusahaan saat ini adalah mengatur investasi dengan lebih bijaksana dan efisien, di tengah perubahan perilaku konsumen dari layanan telepon dan SMS menuju ke layanan data internet. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie