KONTAN.CO.ID - Perusahaan telekomunikasi, PT Indosat Tbk (ISAT) berharap pertumbuhan penjualan dari pasar korporasi. Skema business to business (B2B) yang diterapkan, dinilai akan memberikan kontribusi yang lebih stabil. Utamanya, bila dibandingkan dengan bisnis retail atau consumers dengan pelanggan per user. Alexander Rusli, Direktur Utama ISAT menyatakan saat ini bisnis B2B masih berkontribusi sebesar 20% dari total revenue ISAT. Dia mengamati, pertumbuhan B2B, selama beberapa tahun terakhir tumbuh stabil sekitar 7%-8%. "Angkanya memang masih kecil dibandingkan dengan seluler," terang Rusli usai diskusi Transformasi Indosat Ooredoo di SCBD Jakarta, Kamis (28/9). Dia menyatakan bila bisnis solusi seperti itu, lebih stabil dibandingkan dengan consumers. Bisnis tersebut cenderung memiliki jangka waktu lama sekitar 1-2 tahun. Sehingga revenue ke depan bisa lebih terjaga. Diantaranya seperti bisnis Data Center, Very Small Aperture Terminal (VSAT), maupun point-point connection. "Kalau consumers, hari ini datang bulan depan bisa pergi," tambahnya. Layanan B2B tersebut indentik dengan persaingan kualitas yang disajikan. Meski demikian, ISAT menjaga investasi ke depan. Sehingga investasi yang dikeluarkan tidak besar. "Kami gak invest besar, tapi tunggu dapat kontrak dulu baru kita kerjakan," katanya. Sebenarnya, ISAT bisa meningkatkan kinerja pendapatan bisnis B2B. Diantaranya seperti penjualan hardware kepada perusahaan yang membutuhkan. Namun, langkah tersebut dinilai tidak sehat. "Kalau mau cepat seperti itu, maka kita harus korbankan margin," ujar Alex. Untuk itu, ISAT memilih akan berkembang secara wajar. Perusahaan menargetkan, melihat pertumbuhan digital yang pesat, dari bisnis layanan ini pun bisa meningkat. ISAT membidik, ke depan skema B2B ini bisa memberikan kontribusi sebesar 50%.
Indosat pompa pendapatan dari pasar korporasi
KONTAN.CO.ID - Perusahaan telekomunikasi, PT Indosat Tbk (ISAT) berharap pertumbuhan penjualan dari pasar korporasi. Skema business to business (B2B) yang diterapkan, dinilai akan memberikan kontribusi yang lebih stabil. Utamanya, bila dibandingkan dengan bisnis retail atau consumers dengan pelanggan per user. Alexander Rusli, Direktur Utama ISAT menyatakan saat ini bisnis B2B masih berkontribusi sebesar 20% dari total revenue ISAT. Dia mengamati, pertumbuhan B2B, selama beberapa tahun terakhir tumbuh stabil sekitar 7%-8%. "Angkanya memang masih kecil dibandingkan dengan seluler," terang Rusli usai diskusi Transformasi Indosat Ooredoo di SCBD Jakarta, Kamis (28/9). Dia menyatakan bila bisnis solusi seperti itu, lebih stabil dibandingkan dengan consumers. Bisnis tersebut cenderung memiliki jangka waktu lama sekitar 1-2 tahun. Sehingga revenue ke depan bisa lebih terjaga. Diantaranya seperti bisnis Data Center, Very Small Aperture Terminal (VSAT), maupun point-point connection. "Kalau consumers, hari ini datang bulan depan bisa pergi," tambahnya. Layanan B2B tersebut indentik dengan persaingan kualitas yang disajikan. Meski demikian, ISAT menjaga investasi ke depan. Sehingga investasi yang dikeluarkan tidak besar. "Kami gak invest besar, tapi tunggu dapat kontrak dulu baru kita kerjakan," katanya. Sebenarnya, ISAT bisa meningkatkan kinerja pendapatan bisnis B2B. Diantaranya seperti penjualan hardware kepada perusahaan yang membutuhkan. Namun, langkah tersebut dinilai tidak sehat. "Kalau mau cepat seperti itu, maka kita harus korbankan margin," ujar Alex. Untuk itu, ISAT memilih akan berkembang secara wajar. Perusahaan menargetkan, melihat pertumbuhan digital yang pesat, dari bisnis layanan ini pun bisa meningkat. ISAT membidik, ke depan skema B2B ini bisa memberikan kontribusi sebesar 50%.