Indosat terbitkan obligasi Rp 2,68 triliun



JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) kembali menawarkan obligasi berkelanjutan I tahap II senilai Rp 2,68 triliun. Bersamaan penawaran obligasi, ISAT juga menawarkan sukuk ijarah berkelanjutan Indosat tahap II senilai Rp 416 miliar. Obligasi ISAT ditawarkan dalam lima seri.

Pertama, seri A senilai Rp 554 miliar dengan tenor 370 hari dan kupon tetap 8,55% per tahun. Kedua, seri B senilai Rp 782 miliar dengan dengan tenor 3 tahun dan kupon tetap 9,25%. Ketiga, seri C Rp 584 miliar dengan tenor 5 tahun dan kupon tetap 10%. Keempat, seri D Rp 337 miliar dengan tenor 7 tahun dan kupon tetap 10,25%. Kelima, seri E Rp 427 miliar tenor 10 tahun dan kupon tetap 10,40%.

ISAT juga menawarkan sukuk ijarah dalam lima seri, yakni seri A sebesar Rp 55 miliar dengan tenor 370 hari, seri B Rp 76 miliar tenor 3 tahun, seri C Rp 67 miliar tenor 5 tahun, seri D Rp 43 miliar tenor 7 tahun, dan seri E sebesar Rp 175 miliar tenor 10 tahun. Imbalan yang ditawarkan masing-masing seri senilai Rp 4,7 miliar, Rp 7 miliar, Rp 6,7 miliar, Rp 4,4 miliar dan Rp 18,2 miliar.


Penerbitan obligasi dan sukuk ISAT telah mendapat peringkat AAA dari dua lembaga pemeringkat efek, PT Fitch Rating Indonesia dan PT Pemeringkat Efek Indonesia.

Selanjutnya, ISAT telah memilih PT BCA Sekuritas, PT BNI Securities, PT CIMB Securities Indonesia, PT HSBC Securities Indonesia, PT DBS Vickers Securities Indonesia, dan PT Indo Premier Securities sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi dan sukuk.

Masa penawaran umum obligasi dan sukuk akan dilakukan pada 28-29 Mei 2015. Pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Juni 2015. ISAT akan menggunakan 75,6% hasil penerbitan obligasi untuk pembayaran kembali alias refinancing sebagian utang, salah satunya guaranteed notes (GN) US dollar sebesar US$ 650 juta. "Perseroan memiliki hak opsi untuk menarik sebagian atau sepenuhnya nilai pokok mulai tanggal 29 Juli 2015," ungkap Direktur Utama ISAT, Alexander Rusli dalam prospektus yang diterbitkan akhir pekan lalu.

 Selanjutnya, ISAT akan menggunakan sekitar 24,44% dana obligasi untuk membeli Base Station Subsystem (BSS). Sementara dana dari penawaran sukuk ijarah akan digunakan untuk pembayaran biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio kepada pemerintah.

Analis First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto mengatakan, langkah ISAT menerbitkan obligasi lebih baik dibandingkan mencari pinjaman bank. Maklum, bunga kredit bank rata-rata sedang meningkat. Kupon obligasi ISAT juga tergolong murah untuk obligasi dengan mata uang rupiah. Namun, dengan beban utang tinggi, David memperkirakan ISAT tahun ini belum bisa mengantongi laba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa