JAKARTA. Belum juga membangun smelter, PT Indosmelt sudah berancang-ancang untuk melepas saham mereka ke publik. Presiden Direktur Indosmelt Natsir Mansyur bilang langkah perseroan dalam melakukan initial public offering (IPO) ini ditargetkan bisa terjadi di akhir tahun depan. Langkah melantai di bursa, kata dia akan dilakukan untuk membiayai pembangunan fasilitas pemurnian emas. "Kita targetkan bisa dapat dana sekitar US$ 500 juta," katanya usai bertemu Menteri Perindustrian MS Hidayat, Senin (17/2). Untuk membangun smelter, menurut Natsir memang butuh dana yang tak sedikit. Secara total saja, investasi yang mereka butuhkan mencapai US$ 1,5 miliar. Sehingga melepas saham ke publik bisa jadi salah satu cara yang efektif. Bahkan menurutnya, saham yang bisa mereka lepas bisa sampai 49%. Ia pun sudah melakukan pembicaraan dengan beberapa pihak terkait rencana ini di antaranya dengan Eximbank dan Kresna Sekuritas. Untuk emas Indosmelt sendiri berencana membuat fasilitas pemurnian berkapasitas 20 ton per tahun. Selain emas, refinery dari Indosmelt juga akan memproduksi katoda tembaga sebanyak 120.000 ton per tahun. Terak tembaga sebesar 300.000 ton per tahun, dan Anode slag sebanyak 200.000 ton per tahun. Rencananya, proses ground breaking smelter yang berlokasi di Maros Sulawesi Selatan ini akan dimulai pada April atau Mei nanti. "Lama pembangunannya tiga tahun empat bulan," ujar dia. Untuk pasokan konsentrat sendiri, Natsir menambahkan pihaknya sudah mencapai kesepakatan dalam conditional purchase agreement dengan PT Freeport McMoran Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara. Kesepakatan dengan keduanya terkait soal harga beli konsentrat dari kedua perusahaan tersebut. "Newmont sudah sepakat dari Desember lalu, kalau Freeport sekitar dua minggu lalu," ungkap Natsir. Meski belum mendapat kepastian soal volume pasokan, ia mengharapkan Freeport bisa memasok 70% pasokan, sementara 30% sisanya didapat dari Newmont. Bila tidak tercapai, ia mengaku masih bisa mencari pasokan dari pemasok lain di dalam negeri. karena menurutnya beberapa perusahaan pemilik IUP bisa memasok konsentrat dengan kadar minimum 15% termasuk dari industri pertambangan skala menengah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Indosmelt akan cari dana US$ 500 juta dari bursa
JAKARTA. Belum juga membangun smelter, PT Indosmelt sudah berancang-ancang untuk melepas saham mereka ke publik. Presiden Direktur Indosmelt Natsir Mansyur bilang langkah perseroan dalam melakukan initial public offering (IPO) ini ditargetkan bisa terjadi di akhir tahun depan. Langkah melantai di bursa, kata dia akan dilakukan untuk membiayai pembangunan fasilitas pemurnian emas. "Kita targetkan bisa dapat dana sekitar US$ 500 juta," katanya usai bertemu Menteri Perindustrian MS Hidayat, Senin (17/2). Untuk membangun smelter, menurut Natsir memang butuh dana yang tak sedikit. Secara total saja, investasi yang mereka butuhkan mencapai US$ 1,5 miliar. Sehingga melepas saham ke publik bisa jadi salah satu cara yang efektif. Bahkan menurutnya, saham yang bisa mereka lepas bisa sampai 49%. Ia pun sudah melakukan pembicaraan dengan beberapa pihak terkait rencana ini di antaranya dengan Eximbank dan Kresna Sekuritas. Untuk emas Indosmelt sendiri berencana membuat fasilitas pemurnian berkapasitas 20 ton per tahun. Selain emas, refinery dari Indosmelt juga akan memproduksi katoda tembaga sebanyak 120.000 ton per tahun. Terak tembaga sebesar 300.000 ton per tahun, dan Anode slag sebanyak 200.000 ton per tahun. Rencananya, proses ground breaking smelter yang berlokasi di Maros Sulawesi Selatan ini akan dimulai pada April atau Mei nanti. "Lama pembangunannya tiga tahun empat bulan," ujar dia. Untuk pasokan konsentrat sendiri, Natsir menambahkan pihaknya sudah mencapai kesepakatan dalam conditional purchase agreement dengan PT Freeport McMoran Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara. Kesepakatan dengan keduanya terkait soal harga beli konsentrat dari kedua perusahaan tersebut. "Newmont sudah sepakat dari Desember lalu, kalau Freeport sekitar dua minggu lalu," ungkap Natsir. Meski belum mendapat kepastian soal volume pasokan, ia mengharapkan Freeport bisa memasok 70% pasokan, sementara 30% sisanya didapat dari Newmont. Bila tidak tercapai, ia mengaku masih bisa mencari pasokan dari pemasok lain di dalam negeri. karena menurutnya beberapa perusahaan pemilik IUP bisa memasok konsentrat dengan kadar minimum 15% termasuk dari industri pertambangan skala menengah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News