JAKARTA. Kementerian BUMN segera mewujudkan terbentuknya induk atau
holding asuransi umum BUMN tahun depan. Kehadiran
holding asuransi umum BUMN diharapkan dapat meningkatkan penetrasi pasar asuransi umum BUMN terhadap industri hingga 40%. Saat ini terdapat tiga asuransi umum BUMN yakni PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Asuransi Ekspor Impor Indonesia (Asei) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Gatot Trihargo, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan Kementerian BUMN mengatakan, ada dua opsi pembentukan
holding asuransi umum BUMN.
Pertama, menjadikan perusahaan asuransi yang sudah ada menjadi induk usaha. Jasindo berpeluang menjadi induk usaha.
Opsi
kedua, membentuk perusahaan baru sebagai induk. Lalu, memasukan perusahaan asuransi yang ada saat ini ke dalamnya. Jika opsinya Jasindo menjadi induk usaha, otomatis Asei dan Askrindo sebagai anak usaha. Antonius C. Napitupulu, Direktur utama Askrindo mengatakan, tidak masalah di bawah kendali Jasindo. Menurutnya, Jasindo memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin dari
holding asuransi umum BUMN. Meski begitu, diharapkan birokrasi antara anak usaha dengan induk usaha menjadi tidak menjadi rumit. Misal, soal urusan administrasi tidak menjadi kendala karena harus melewati banyak prosedur. Dongkrak premi Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga Desember 2015, premi asuransi umum mencapai Rp 57,61 triliun. Dari total premi itu, pangsa pasar premi asuransi umum BUMN berkisar 35% dari perolehan premi industri atau Rp 20 triliun. Lewat pembentukan
holding asuransi umum BUMN, dapat menangkap perolehan premi sebanyak 40% dari total perolehan premi industri. Sinergi asuransi umum BUMN diyakini dapat memberikan manfaat.
Pertama, perusahaan asuransi umum BUMN lebih efisien.
Kedua, berdaya saing tinggi.
Ketiga dari sisi pelayanan masyarakat juga lebih maksimal. Lalu, persaingan akan berkurang sebab selama ini ada kecenderungan produk asuransi makin mirip.
Manfaat lain, transfer teknologi, SDM dan kebijakan pembuatan produk dalam
holding asuransi umum BUMN. Gatot menyatakan, jaringan bisnis asuransi umum BUMN lebih mumpuni dan lebih siap menggarap segmen ritel. Selama ini asuransi umum BUMN hanya jago di segmen korporasi, tapi lemah di segmen ritel. Padahal, penetrasi asuransi di masyarakat terbilang masih rendah. Kata Gatot, penetrasi asuransi terhadap total penduduk Indonesia saat ini baru sekitar 2%. Potensi tersebut harusnya digarap asuransi umum BUMN lebih serius. Caranya, fokus pada bisnis inti masing-masing. "Misalnya, Asei fokus menggarap lini asuransi ekspor dan impor. Mereka harus bisa menguasai pasar tersebut baik segmen ritel dan korporasi. Nanti untuk urusan ritel bisa dijalankan Jasindo," kata Gatot, Selasa (16/2). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia