KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pertambangan khususnya batubara menghadapi potensi kelangkaan ban untuk alat berat. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengungkapkan, kekhawatiran soal kelangkaan ban alat berat telah disuarakan sejak beberapa bulan lalu. Selain masih terkendalanya proses impor, kemampuan produksi industri ban dalam negeri dinilai belum bisa memenuhi kebutuhan yang ada.
"Ban ukuran besar 100% impor karena belum diproduksi di Indonesia. Ini salah satu yang
demand-nya paling besar," kata Hendra kepada Kontan, Rabu (21/6).
Baca Juga: Industri Pertambangan Hadapi Kelangkaan Ban Alat Berat Hendra menjelaskan, untuk ban alat berat berukuran besar misalnya untuk dumptruck berkapasitas 100 ton dengan ukuran diameter 2,5 meter, total kebutuhannya sekitar 10000 buah per tahun. Sementara itu, untuk ban berukuran menengah untuk trailer, kebutuhannya sekitar 150 ribu hingga 200 ribu buah per tahun. Untuk ban jenis ini, kemampuan produksi dalam negeri baru mencapai 30 ribu ton per tahun. Hendra melanjutkan, kendala impor yang terjadi dikarenakan pihak importir kesulitan untuk mendapat Angka Pengenal Impor Umum API-U. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah terbitnya Neraca Komoditas (NK) oleh Kementerian Perindustrian. Akibatnya, stok ban yang dimiliki oleh anggota lintas asosiasi diperkirakan akan habis dalam waktu 2 bulan ke depan. Ia menambahkan, alat berat pertambangan bisa saja menggunakan ban jenis biasa sebagai pengganti namun langkah ini dinilai kurang ekonomis. Selain itu, ban jenis biasa hanya tersedia untuk ukuran menengah ke bawah.
Baca Juga: Ban untuk Alat Berat Langka, Pasokan Batubara Bisa Ikut Terhambat Selama ini sendiri, kebutuhan ban off the road untuk alat berat pertambangan dipenuhi melalui impor dari sejumlah negara seperti Jepang, India, Amerika Serikat dan negara lainnya.
Hendra menegaskan, pihaknya telah menyampaikan keluhan ini sebelumnya dengan mendatangi Kementerian Perdagangan untuk menyampaikan data kebutuhan ban sektor pertambangan berdasarkan tipe dan ukurannya. Selain itu, keluhan juga telah disampaikan kepada Kementerian Perindustrian mengenai kendala yang dihadapi importir. "Kita juga sudah mengirimkan surat kepada Menko Perekonomian, namun belum ada tanggapan," jelas Hendra. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .