Industri andalan tetap berkibar



JAKARTA. Kinerja industri manufaktur secara nasional tahun depan akan sangat dipengaruhi kinerja sejumlah subsektor, seperti furnitur, alas kaki, ban, semen, otomotif, serta tekstil dan produk tekstil. Selain peluang, masing-masing sektor tersebut juga menghadapi masalahnya sendiri-sendiri.

Di sektor furnitur atau mebel, larangan ekspor rotan mentah jelas menguntungkan industri rotan dan akan memicu investasi baru. Pelarangan ekspor bahan baku mentah sejumlah produk diperkirakan akan memicu investasi baru di bidang pengolahan produk tersebut. Berikut sekilas gambaran beberapa industri manufaktur tahun depan.

Semen


Indutri semen akan berkibar tahun depan. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memprediksi, produksi semen tahun 2012 akan mencapai 50 juta ton, naik 8,6% dari tahun ini yang sebesar 46 juta ton. Kenaikan ini ditopang dengan membesarnya kapasitas sejumlah pabrik semen.

Urip Timuryono, Ketua Umum ASI mengatakan, konsumsi semen akan meningkat karena ditopang perkembangan properti dan infrastruktur. Perbandingan penggunaan semen di kedua sektor itu sekitar 70%:30%. Kenaikan konsumsi semen tahun depan juga didukungprogram pemerintah Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Sekitar 55% konsumsi semen digunakan di Pulau Jawa. Di Sumatera, konsumsi semen mencapai 24%, dan selebihnya untuk daerah lain. ASI memprediksi, ekspor semen tahun depan akan lebih tinggi dari tahun ini yang sebesar 1 juta ton. Selama ini semen nasional diekspor ke Bangladesh, Brunei Darussalam, dan Srilanka.

Alas kaki

Industri alas kaki juga akan terus tumbuh karena permintaan pasar lokal maupun ekspor. Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprindo) memperkirakan, ekspor sepatu tahun 2012 akan mencapai US$ 3,4 miliar, tumbuh 9,6% dibandingkan proyeksi tahun ini US$ 3,1 miliar. Di pasar domestik, penjualan alas kaki tak bergerak banyak dari tahun ini yakni Rp 24 triliun-Rp 25 triliun.

Kenaikkan ekspor sepatu tahun depan kemungkinan tidak sebesar kenaikkan ekspor alas kaki tahun ini yang mencapai 25% dibanding eskpor tahun 2010. Penjualan alas kaki di pasar domestik kemungkinan tahun ini naik 10% dari tahun lalu.

Namun, kata Eddy Widjanarko, Ketua Asprindo, pertumbuhan penjualan sepatu akan lebih kecil tahun depan karena turunnya permintaan dari Eropa dan Amerika yang ekonominya bergejolak.

Namun, perlambatan ekonomi China bisa menciptakan peluang bagi Indonesia. "China pasti meningkatkan harga. Maka, merek lokal bisa mengambil celah," jelas Eddy. Untuk itu, Asperindo berharap pemerintah pro-aktif mendukung industri alas kaki, antara lain dengan mempermudah impor bahan baku.

Namun, tangangan di depan mata adalah kenaikan upah minimum karyawan serta dukungan pemerintah terhadap industri alas kaki yang kecil. Eddy menilai, persoalan upah ini amat krusial karena pabrik alas kaki umumnya padat karya, dengan mempekerjakan 1.000 orang hingga 4.000 karyawan.

Tekstil dan produk tekstil

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) juga termasuk industri yang akan positif. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan, ekspor TPT tahun 2012 akan tumbuh 10% dari US$ 13 miliar tahun ini menjadi US$ 14,3 miliar. Memang, pertumbuhan ini lebih kecil dari petumbuhan ekspor TPT tahun ini yang sebesar 16%.

Ade Sudrajat, Ketua API menuturkan, pertumbuhan yang lebih kecil ini disebabkan krisis global. "Secara global tekstil akan menderita khususnya China sebagai produsen terbesar," ungkapnya.Namun, impor TPT juga tumbuh pesat dan mengancam industri lokal.

Sepanjang Januari-Oktober 2011, impor TPT mencapai US$ 7 miliar. Nilai ini sudah melebihi total impor tahun 2010 yang sebesar US$ 6,3 miliar. Nilai impor TPT tahun depan diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor TPT yang sebesar 10% tahun ini.

Agar industri TPT lokal bertahan, API berharap pemerintah memberikan pelatihan dan pendidikan bagi karyawan industri TPT. Nilai bantuan yang dibutuhkan API untuk pelatihan ini mencapai Rp 100 miliar per tahun. API juga berharap pemerintah mengkaji ulang PMK 147 tentang kawasan berikat yang menimbulkan ketidakpastian bagi pengusaha.

Mebel

Larangan ekspor bahan baku rotan diprediksi akan mendongkrak kinerja ekspor mebel tahun depan. Abdul Sobur, Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) memperkirakan, ekspor mebel rotan tahun ini akan mencapai US$ 120 juta, atau turun 13% dari realisasi 2010 yang sebesar US$ 138 juta. "Tahun depan, kami perkirakan bisa meningkat jadi US$ 150 juta," kata Abdul.

Optimisme itu didasarkan pada peluang ekspor yang terbuka. Maklum, industri mebel rotan China yang selama ini mengandalkan bahan baku rotan Indonesia akan kesulitan. Para pengusaha berharap, mebel Indonesia akan mengganti pasar mebel China, termasuk untuk pasar mebel rotan di China sendiri yang diperkirakan nilai pasarnya mencapai US$1,3 miliar per tahun.

Otomotif

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memprediksi, total penjualan mobil tahun 2012 akan mencapai 920.000-960.000 unit. "Angka tersebut mempertimbangkan dampak krisis Eropa. Kalau tidak, bisa 1 juta unit," tegas Johnny. Prediksi ini naik 3,3%-7,8% dari target penjualan mobil tahun 2011 yang sebanyak 890.000 unit.

Gaikindo yakin target ini bakal tercapai. Pasalnya, sepanjang Januari-November kemarin, penjualam mobil mencapai 813.544 unit, atau melampaui total penjualan mobil tahun 2010 yang sebesar 764.710 unit.

Johnny Darmawan, Ketua III Gaikindo menuturkan, pertumbuhan penjualan ini didorong oleh stabilnya perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ini juga ditopang naiknya peringkat Indonesia menjadi investment grade. "Ini juga membuat mobil murah mulai banyak masuk ke Indonesia," kata Johnny.

Selain mobil, pasar motor pun tak kalah melaju kencang. Sigit Kumala, Manajer umum Senior Divisi Penjualan PT Astra Honda Motor memperkirakan, penjualan motor tahun depan akan menyentuh 8,4 juta-8,6 juta unit. Prediksi ini meningkat 5%-7,5% dari penjualan motor tahun ini yang 8 juta unit. Dari jumlah itu, Honda menargetkan pangsa pasar 53%-55%. "Suku bunga stabil menjadi faktor pendukung pertumbuhan," tutur Sigit.

Paulus S Firmanto, Direktur PT Suzuki Indomobil Sales memandang, tingkat kemacetan yang tinggi di kota besar serta rencana kenaikan bahan bakar minyak tahun 2012 akan mendorong masyarakat menggunakan motor sebagai sarana transportasi jarak pendek.

Ban

Azis Pane, Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) memprediksi total penjualan ban motor tahun depan akan tumbuh 8,25% dari penjualan tahun ini yang sebanyak 42 juta unit. Namun pelaku industri otomotif harus cermat mempelajari kondisi 2012. Sebab, APBI memperkirakan penjualan ban motor lokak pada kuartal I-2012 akan turun 5%.

Pada periode ini, biasanya petani gagal panen. Alhasil, penjualan motor pun ikut melorot. Namun, pada kuartal II-2012, daya beli para petani yang merupakan pasar utama sepeda motor akan membaik.

Untuk ban mobil, APBI memprediksi produksi tahun depan masih akan stabil seperti tahun ini yang sebanyak 50 juta unit. Produksi tahun ini melesat 3%-4% dibandingkan produksi ban mobil tahun 2010 yang menyentuh 49,8 juta unit.

Untuk mendongkrak pasar ban tahun depan, APBI berharap pemerintah serius memperhatikan infrastruktur dan mewajibkan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi ban impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini