JAKARTA. Para produsen benang rayon, salah satu bahan baku tekstil, sedang menghadapi persoalan pelik. Mereka terpaksa harus memangkas keuntungan dari hasil menjual benang rayon.Persoalan ini bermula dari kenaikan harga bahan baku benang rayon plus ongkos produksi yang lain. Repotnya, sudah biaya produksi naik, mereka tak bisa menaikkan harga jual produknya. Bahkan, mereka malah menurunkan harga jual benang rayon dari US$ 2,9 per kilogram (kg) menjadi US$ 2,4 per kg.Ironisnya, kendati sudah merelakan marjin terpangkas, tetap saja peminat rayon masih sepi. "Pasar tekstil sudah terlanjur sepi. Jadi turunnya harga itu tak banyak membantu juga," kata Evita, trader benang rayon kepada KONTAN, Senin (1/9). Evita menuturkan, konsumsi rayon cenderung melorot lantaran banyak konsumen rayon yang beralih menggunakan katun (cotton) alias benang kapas. "Kondisi ini juga terjadi di pasar ekspor," ucap Evita.
Industri Benang Rayon Memangkas Untung
JAKARTA. Para produsen benang rayon, salah satu bahan baku tekstil, sedang menghadapi persoalan pelik. Mereka terpaksa harus memangkas keuntungan dari hasil menjual benang rayon.Persoalan ini bermula dari kenaikan harga bahan baku benang rayon plus ongkos produksi yang lain. Repotnya, sudah biaya produksi naik, mereka tak bisa menaikkan harga jual produknya. Bahkan, mereka malah menurunkan harga jual benang rayon dari US$ 2,9 per kilogram (kg) menjadi US$ 2,4 per kg.Ironisnya, kendati sudah merelakan marjin terpangkas, tetap saja peminat rayon masih sepi. "Pasar tekstil sudah terlanjur sepi. Jadi turunnya harga itu tak banyak membantu juga," kata Evita, trader benang rayon kepada KONTAN, Senin (1/9). Evita menuturkan, konsumsi rayon cenderung melorot lantaran banyak konsumen rayon yang beralih menggunakan katun (cotton) alias benang kapas. "Kondisi ini juga terjadi di pasar ekspor," ucap Evita.