JAKARTA. Ketatnya likuditas kian terasa, tidak terkecuali oleh industri bank perkreditan rakyat (BPR) yang masih mengandalkan pendanaan dari linkage atawa kemitraan dengan perbankan. Padahal, skema pendanaan ini terbilang mahal untuk disalurkan menjadi pembiayaan. Nah, demi efisiensi, industri BPR bakal fokus menggarap dana murah di tahun ini. Joko Suyanto, Ketua Umum Perhimpunan BPR (Perbarindo) menuturkan, dalam lima tahun terakhir, penempatan dana masyarakat di BPR terus mengalami peningkatan. Pelan-pelan, porsi sumber dana dari tabungan semakin gemuk. Posisi tahun lalu, sumber dana dari tabungan berkisar 27% atau sebesar Rp 15,5 triliun, deposito 53% atau sebesar Rp 32,9 triliun dan linkage mencapai 20% atau berkisar Rp 12,8 triliun. “Di tahun 2014, kami berharap, pendanaan dari dana pihak ketiga, baik tabungan maupun deposito semakin mendominasi, sehingga sumber dana dari linkage tidak lebih dari 20%. Ini agar kami bisa mengontrol biaya dana dan melakukan efisiensi, terutama di tengah kondisi suku bunga tinggi seperti sekarang ini” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (30/1).
Industri BPR bakal fokus garap dana murah
JAKARTA. Ketatnya likuditas kian terasa, tidak terkecuali oleh industri bank perkreditan rakyat (BPR) yang masih mengandalkan pendanaan dari linkage atawa kemitraan dengan perbankan. Padahal, skema pendanaan ini terbilang mahal untuk disalurkan menjadi pembiayaan. Nah, demi efisiensi, industri BPR bakal fokus menggarap dana murah di tahun ini. Joko Suyanto, Ketua Umum Perhimpunan BPR (Perbarindo) menuturkan, dalam lima tahun terakhir, penempatan dana masyarakat di BPR terus mengalami peningkatan. Pelan-pelan, porsi sumber dana dari tabungan semakin gemuk. Posisi tahun lalu, sumber dana dari tabungan berkisar 27% atau sebesar Rp 15,5 triliun, deposito 53% atau sebesar Rp 32,9 triliun dan linkage mencapai 20% atau berkisar Rp 12,8 triliun. “Di tahun 2014, kami berharap, pendanaan dari dana pihak ketiga, baik tabungan maupun deposito semakin mendominasi, sehingga sumber dana dari linkage tidak lebih dari 20%. Ini agar kami bisa mengontrol biaya dana dan melakukan efisiensi, terutama di tengah kondisi suku bunga tinggi seperti sekarang ini” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (30/1).