KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Penggunaan lebih banyak aluminium dan tembaga daur ulang dinilai dapat membantu China menghadapi keterbatasan pasokan tembaga, demikian menurut pernyataan dari asosiasi industri di negara tersebut pada Rabu (13/11). Hal ini disampaikan di tengah ketatnya pasokan konsentrat tembaga yang menurunkan keuntungan perusahaan peleburan tembaga di China.
Baca Juga: Dolar AS Mencapai Puncak Terkuat 6 Bulan Seiring Fokus pada Data Inflasi Amerika "Industri tembaga menghadapi banyak ketidakpastian dan tantangan berat ... profit peleburan, dalam banyak kasus, tidak berasal dari tembaga, melainkan dari produk sampingan, bahkan beberapa perusahaan sudah mengalami kerugian," kata Ge Honglin, Ketua China Nonferrous Metals Industry Association (CNIA), dalam sebuah konferensi. Para penambang dan pelaku industri peleburan tembaga global di negara produsen dan konsumen tembaga terbesar dunia ini biasanya berkumpul setiap November di Shanghai dalam acara Asia Copper Week. Mereka membahas kontrak konsentrat tembaga dan menetapkan biaya pengolahan dan pemurnian (TC/RCs) untuk tahun berikutnya. TC/RCs, yang biasanya turun ketika pasokan bijih berkurang, merupakan sumber pendapatan penting bagi perusahaan peleburan yang dibayar oleh penambang.
Baca Juga: Harga Tembaga Sentuh Level Terendah 2 Bulan Rabu (13/11), Terseret Sentimen Ini Biaya TC/RCs diperkirakan akan mencapai level terendah dalam 15 tahun pada 2025, menurut survei di antara pelaku industri. Penggunaan lebih banyak tembaga daur ulang dinilai dapat mengurangi ketergantungan China pada sumber daya asing, yang saat ini mencapai lebih dari 70%, tambah Ge. Volume tembaga daur ulang di China diproyeksikan meningkat dari 2,5 juta ton pada 2024 menjadi 2,7 juta ton pada 2025 dan mencapai 3,5 juta ton pada 2030. Ge mendorong perusahaan-perusahaan China untuk memperoleh lebih banyak sumber tembaga daur ulang di wilayah-wilayah yang stabil secara politik. China telah memperbolehkan impor lebih banyak tembaga daur ulang dan mendirikan perusahaan daur ulang yang didukung oleh negara untuk membantu mengurangi ketergantungan pada bahan baku utama.
Baca Juga: Bursa China Rebound Rabu (13/11); Hong Kong Pangkas Kerugian, Mencerna Kabinet Trump Ge juga menyerukan konsolidasi industri dengan mendorong merger dan reorganisasi kapasitas peleburan tembaga di China, agar industri ini memiliki daya tawar yang lebih kuat dalam membeli konsentrat. Substitusi Aluminium untuk Tembaga Penggunaan aluminium sebagai pengganti tembaga sudah menawarkan keuntungan ekonomi, kata Ge, dengan harga tembaga yang lebih dari 3,5 kali lipat dibandingkan aluminium.
China membeli 60% dari sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi aluminium dari luar negeri dan perusahaan-perusahaan China telah mengakuisisi lebih dari 8 miliar ton bauksit asing, yang mencakup lebih dari seperempat total cadangan bauksit global. Bauksit diolah menjadi alumina, bahan utama dalam pembuatan aluminium.
Editor: Yudho Winarto