KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Distribusi vaksinasi virus corona atawa Covid-19 diprediksi masih akan mendongkrak permintaan terhadap rantai pendingin (
cold chain) di segmen industri farmasi. Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengungkapkan prospek bisnis rantai pendingin yang memasuki tahun ketiga pandemi terus meningkat walau sempat terpuruk di tahun 2020. Menurut data ARPI, instalasi
cold storage di tahun 2021 naik tipis 3,5% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Tetapi, di rantai distribusi, bisnis ini melonjak tinggi hingg 65% yoy
“Pada intinya, penyedia jasa berani merambah ke bisnis ini, karena keberhasilan pelaksanaan pendistribusian dan penyimpanan vaksin yang memerlukan kontrol temperatur dingin yang dilakukan atas konsorsium bersama antara BUMN Farmasi dan stakeholders industri cold chain,” ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (26/1). Hasanuddin menambahkan, hingga saat ini bisnis
cold chain untuk vaksinasi
booster sudah ada 20 pelaku industri yang terlibat, diantaranya untuk penyimpanan dan pengiriman berkapasitas sedang-besar seperti MGM Boco, Kiat Ananda, Adib Cold Logistics dan Wahana. “Untuk kapasitas kecil lebih berfokus ke penyewaan
reefer truck untuk distribusi dan simpan dalam jangka waktu pendek. Untuk vaksin Pfizer, kami sudah siapkan 2
reefer container bersuhu super
frezer minus 60 derajat Celcius,” jelas Hasanuddin.
Baca Juga: ARPI: End Users Menunda Instalasi, Industri Rantai Pendingin Naik Tipis 9% di 2021 Sementara untuk industri manufaktur dan kontraktor ada pemain seperti seperti Alpine Cool, Jalur Sejuk, Karya Indonesia Sukses dan Marubeni Corp yang juga terlibat dalam instalasi
mini cold storage dan
cooler-cold box dengan armada yang dilengkapi data
logger, monitoring suhu, IOT dan GPS.
“Pada awal pelaksanaan vaksinasi, hanya ada 12 pelaku bisnis
cold yang mensupport distribusi dan penyimpanan vaksin berdasar konsorsium dengan BUMN tersebut. Namun kini vaksin booster, pemerintah mempercepat pelaksanaan nya dengan sebaran tempat vaksinasi berlipat, dan industri farmasi swasta pun terlibat,” sambungnya. Dengan demikian, ARPI pun memprediksikan industri
cold chain akan tumbuh 2 digit mencapai 25% di tahun 2022. Menurutnya pertumbuhan ini didorong lantaran semakin banyaknya penyedia jasa order online seperti
market place yang didukung e-commerce, jasa pengiriman seperti Paxel, Lalamove dan lainnya. “Di tambah lagi permintaan dan pergerakan vaksin yang terus bertambah, serta makanan siap saji yang meningkat permintaannya yang dikirim dengan sistem kontrol temperatur,” tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari