Jakarta - Persoalan sampah saat ini tak bisa dituntaskan oleh satu pihak atau semata menyalahkan industri. Perlu kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk komunitas di masyarakat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sendiri mengakui bahwa peran serta komunitas, efektif mengatasi persoalan sampah. Ini artinya, paradigma menangani sampah sudah berubah. Pemerintah berperan menjadi fasilitator bagi kegiatan-kegiatan masyarakat terkait dengan pengelolaan sampah. Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (Inaplas) Fajar A.D Budiyono, mengemukakan, Inaplas pun sangat terbuka jika ada komunitas yang ingin berkolaborasi mengelola sampah. Apalagi Inaplas memiliki program Management Sampah Zero (Masaro) yang terbukti berhasil mengubah sampah menjadi produk bernilai. Seperti bahan daur ulang, bahan bakar minyak, penguat aspal berbahan dasar plastik, pupuk, hingga media tanam.
O, iya, dalam program Masaro, masyarakat diajak memilah sampah langsung di sumber, pengolahan sampah di dekat sumber, pelibatan pemerintah, dan industri. Nah, agar
recycling optimal, kata Fajar, butuh ketersediaan sampah plastiknya. Karena itu, Inaplas selalu mengedukasi masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah sejak awal dan tidak menumpuk sampah. Misal bisa mencontoh Jepang. Di sana, diharuskan membuka plastik merek botol dan tutup botol sebelum membuang botol kosong ke tempat sampah. Di restoran fast food, diharuskan membersihkan makanan dengan memilah sampah kertas, tempat minum, tutup tempat minum dan sedotan di tempat terpisah. Tak heran, sampah untuk bahan baku
recycling selalu tersedia. “Karena
recycling butuh sampah plastik yang bisa didaur ulang, di Indonesia masih sulit didapat, karena tidak ada pemisahan sampah sejak awal,” ucap Fajar. Komunitas Peduli Sampah Nah, salah salah satu komunitas yang berhasil mengelola sampah hingga memiliki nilai ekonomi yakni Kertabumi Recycling Center atau juga dikenal Kertabumi Klinik Sampah. Ikbal Alexander,
founder Kertabumi Recycling Center, menjelaskan, komunitas mereka mengedukasi masyarakat bahwa sampah-sampah plastik, seperti botol bekas air mineral, dapat diubah menjadi produk-produk fesyen berkualitas tinggi. “Kami ubah sampah menjadi produk bernilai ekonomi, sekaligus mengurangi jumlah sebaran sampah plastik,” ucap Ikbal, saat dihubungi, Senin (6/5). Menurut Ikbal, komunitas yang didirikannya fokus pada edukasi berbagai kelompok masyarakat. Mulai dari ibu-ibu rumah tangga, hingga generasi milenial agar sadar bahwa sampah tak melulu masalah, justru jika ditangani bisa jadi rupiah. Sejatinya, kata Ikbal, mengubah sampah menjadi bernilai juga tidak susah. Misal, pengelolaan sampah dari botol plastik. Terlebih dulu, sampah botol plastik yang sudah dipilah dihancurkan menggunakan alat tertentu hingga menjadi serpihan-serpihan kecil, kemudian dicuci hingga bersih. Selanjutnya, serpihan-serpihan botol tersebut diproses menggunakan mesin dan diubah menjadi helaian benang filament. Jika sudah, campurkan dengan kapas, kanvas, dan karet. Semua proses itu dibutuhkan untuk mengubah botol-botol plastik bekas agar dapat digunakan sebagai bahan pakaian siap jual. Dalam proses pengerjaannya, komunitas Kertabumi Recycling Center, juga memberdayakan masyarakat sehingga diharapkan ikut menciptakan lapangan pekerjaan. Semakin banyak produk sampah plastik terolah, maka semakin banyak sampah akan teratasi. Namun di lapangan, hal itu sangat sulit terjadi karena rantai sampah plastik di dunia tidak kunjung menemui garis akhir. Selalu ada produksi baru, sementara yang sudah menjadi limbah belum sepenuhnya terolah. "Untuk itu bila ada komunitas atau masyarakat yang ingin mengerjakan pengelolaan sampah harus ada inovasi-inovasi baru, fokus setiap komunitas harus berbeda," kata Ikbal. Misal dalam pengelolaan sampah, setiap komunitas memfokuskan salah satu daur ulangnya. Karena, sejauh ini, dia melihat para komunitas-komunitas yang fokus masalah sampah belum tertuju ke salah satu daur ulang. Komunitas yang ia dirikan, turut hadir di tengah-tengah masyarakat. Juga bekerjasama dengan komunitas lain dengan menggelar berbagai event bersama. Bahkan setiap hari Sabtu dan Minggu berkeliling ke wilayah-wilayah di Jakarta untuk memberikan edukasi ke masyarakat mendaur ulang sampah plastik. "Ibu-ibu PKK, dan masyarakat di perkampungan, kita beri edukasi. Itu dilakukan secara offline, ada juga melalui media sosial," katanya. Ikbal menjelaskan, ia bersama komunitasnya memiliki misi sederhana, yakni menghilangkan anggapan bahwa memilah sampah itu rumit. Karena itu, dalam berbagai kesempatan, ia selalu sampaikan, cukup bawa sampah yang dianggap tidak berguna, lalu komunitasnya akan menyulapnya menjadi barang baru. Karena dengan memilah sampah, terutama sampah kering bisa disulap menjadi tas, vas bunga atau tempat tisue sehingga ada nilai jualnya. "Kami juga punya dropbox, saat ini ada di Senayan, Gandaria dan Bintaro. Harapannya masyarakat bisa lebih mudah untuk berpartisipasi menyelamatkan bumi dari tumpukan sampah," ujar Ikbal. Komunitas yang memiliki jumlah pengikut di media sosial Instagram hampir 6000 orang ini juga tak lelah untuk mengedukasi masyarakat dalam memilah sampah. Di Instagram, disampaikan cara mudah mengidentifikasi jenis sampah. Sampah itu sendiri, jelas Ikbal, terdiri dari dua jenis yakni basah dan kering. Sampah kering seperti plastik, kertas dan kaca inilah, sambung dia, yang bisa didaur ulang menjadi barang yang bernilai guna. Kata dia, agar kegiatan memilah sampah menyenangkan, pastikan tempat sampah bersih dan tidak berbau supaya tidak merasa jijik ketika membuang sampah. Lalu ajak anggota keluarga untuk menerapkan kebiasaan ini. Para anggota Komunitas Kertabumi Klinik Sampah berhasil menyulap kantong kresek yang sudah tidak terpakai menjadi sendal selop atau tas rajut yang bisa dipakai sehari-hari. Ikbal menegaskan, dalam mengolah sampah, komunitasnya tidak main-main. Bahkan, ada beberapa material sampah yang disulap dengan menggunakan mesin jahit agar produk baru benar-benar berkualitas. “Saya berharap gaya hidup mengelola sampah bisa menggema di masyarakat. Selain mengurangi tumpukan sampah yang bermuara ke tempat pembuangan, produk-produk hasil daur ulang sampah kering terbukti bernilai ekonomi, menambah pemasukan keluarga,” ucapnya. Komunitas lain yang memiliki visi senada dengan Kertabumi Klinik Sampah yakni Trash Hero. Relawan Trash Hero, Eva Nora, menjelaskan, komunitasnya juga membantu masyarakat mengubah sampah plastik menjadi produk kerajinan yang dibuat beragam, mulai dari tas, dompet, hingga tikar.
Trash Hero ingin mengajak masyarakat menerapkan gaya hidup
zero waste atau nol sampah. Komunitas ini fokus mengolah plastik berlapis atau multi layer seperti plastik kemasan kopi sachet atau snack yang mengandung lapisan plastik dan aluminium. Produk produk yang dihasikan dari daur ulang sampah mereka jual dengan kisaran harga minimum Rp 30.000 Kegiatan edukasi dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Ada juga pelatihan mengolah sampah buah organik menjadi enzim yang digunakan untuk mengepel lantai dan membersihkan peralatan rumah tangga. “Jika bulan ini mengolah sampah menjadi tas dan sejenisnya, bulan-bulan lainnya kami buat edukasi berbeda,” kata Nora. Yuk, pilah sampah dan bangun komunitas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini