Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Pepatah ini pas untuk menggambarkan apa yang dialami pelaku industri di Sumatra Utara (Sumut). Sudah tidak ada kepastian alokasi, penyaluran gas untuk produksi makin menipis, harga dinaikkan pula. Johan Brien, Ketua Asosiasi Perusahaan Pemakai gas (Apigas) Sumut, bilang, harga gas dari PT Pertamina EP (PEP) sumur Pangkalan Susu sudah naik sejak 1 Mei 2013 sebesar US$ 1,3 per
million british thermal units (mmbtu). Pangkalan Susu merupakan sumber pasokan terbesar, di samping sumur Glagah Kambuna, Sumatra Selatan, yang juga dioperasikan oleh Pertamina EP bersama Salamander Energy NSL. Penyaluran gas dari kedua sumber itu dilakukan PT Perusahaan gas Negara Tbk (PGN). Karena harga dari PEP naik, PGN pun berencana mengerek harga gas dari US$ 9,23 per mmbtu menjadi US$ 10,72 per mmbtu. "Kami sudah merapatkannya dengan para pelanggan dan pengusaha," tutur Ridha Ababil, Vice President Corporate Communication PGN.
Akibat pasokan langka dan harga yang membumbung, Johan menyimpulkan, Medan tengah dibayangi krisis gas dan industri sedang megap-megap. "Semua pemangku kepentingan harus concern dengan keadaan ini," ujar dia kepada KONTAN. Pangkal musababnya adalah tata kelola gas. Sumut sudah mengalami krisis gas sejak tahun 1990-an. Ini terjadi lantaran jaringan gas di Sumut terisolasi dan kebutuhan hanya dipasok dari sumber gas di sekitarnya (
lihat boks di bawah). Akibat krisis, Johan bilang, empat perusahaan industri besar menutup usahanya. Sementara, investasi beberapa perusahaan juga sia-sia lantaran banyak peralatan mangkrak. Sebut saja PT Jui Shin dan PT Soci Mas. Jui Shin, satu-satunya perusahaan keramik di Medan, sudah investasi Rp 1 triliun lebih. Sedang investasi Soci Mas sekitar Rp 25 miliar. Belum lagi puluhan perusahaan yang telanjur membeli gas engine generator untuk kelangsungan proses produksi mereka. Bahkan, kinerja PT Pupuk Iskandar Muda yang dimiliki pemerintah saja tak maksimal. "Sekarang, industri sudah megap-megap. Apa yang bisa kami lakukan hanya menunggu janji pembangunan pipa Arun-Belawan yang semula dijanjikan selesai di akhir tahun 2013," tegas Achmad Widjaja, Sekretaris Jenderal Forum Industri Pengguna gas Bumi (FIPGB). Lucunya, sampai sekarang pun pemerintah belum menetapkan Medan sebagai daerah krisis gas. Ini terjadi lantaran pemerintah belum punya pedoman kapan sebuah daerah bisa dikatakan krisis gas atau tidak. Lantas bagaimana solusi gas untuk Medan? Anda bisa menemukannya di KONTAN Edisi Minggu 10 Juni - 16 Juni 2013. BOKS
Skenario yang Membingungkan Jika diibaratkan penyakit, krisis gas di Medan, Sumatra Utara (Sumut), terbilang kronis. Yang terjadi sekarang, pasokan gas bumi yang tersedia hanya sekitar 7 mmscfd sampai 8 mmscfd saja dari kebutuhan total sebesar 82 mmscfd. Perincian kebutuhan gas tersebut antara lain untuk Perusahaan Listrik Negara (PLN) 60 mmscfd yang kini hanya terpenuhi sekitar tiga sampai empat mmscfd saja. Sedangkan kebutuhan gas industri besar seperti keramik, sarung tangan, oleo-kimia, dan minyak kelapa sawit mentah (CPO) sekitar 22 mmscfd yang kini harus puas dapat pasokan sekitar 4 mmscfd. Pada mulanya, untuk mengatasi masalah pasokan gas yang defisit, pemerintah pusat menyodorkan dua rencana.
Pertama, membangun pipa transmisi Duri-Dumai Medan. Jalur itu menghubungkan Medan yang merupakan lokasi pemakai dengan Sumatra Selatan sebagai tempat pasokan. Proyek ini tertunda karena ketidakpastian tentang alokasi gas.
Kedua, membangun fasilitas
floating storage and regasification unit (FSRU) Belawan untuk membawa masuk gas alam cair (LNG) dari luar Medan. FSRU semula direncanakan akan beroperasi kuartal III tahun ini. Rencana FSRU itu tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 yang kemudian direvisi melalui Inpres Nomor 14 Tahun 2011. Isinya, pemerintah akan mengembangkan tiga unit penampungan dan regasifikasi gas alam cair terapung alias FSRU di Teluk Jakarta, Belawan, Sumut; dan Semarang, Jawa Tengah.
Namun, kemudian terbit Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor S-141/MBU/2012 tentang Relokasi FSRU Belawan dan Revitalisasi LNG Arun, provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Surat ini menggeser lokasi FSRU di Belawan ke Lampung. Asal Anda tahu, proyek FSRU ini dikerjakan PT Perusahaan gas Negara (PGN). FSRU ini berkapasitas 240 mmscfd. Adapun total investasi US$ 250 juta. Sementara revitalisasi Arun berupa penyaluran gas dari Arun ke Belawan. Jalur pipa sepanjang 340 kilometer dengan kapasitas 200 mmscfd dikerjakan PT Pertamina gas. Gara-gara FSRU pindah dan proyek Arun-Belawan tertunda, sejatinya tinggal menunggu kapan industri di Medan yang kini megap-megap; mati kekurangan gas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Andri Indradie