KONTAN.CO.ID. Permintaan baterai lithium China diperkirakan akan mengalami penurunan tajam pada awal 2026, seiring melemahnya penjualan kendaraan listrik (
electric vehicle/EV) di pasar domestik serta melambatnya ekspor baterai. Sekretaris Jenderal Asosiasi Mobil Penumpang China (China Passenger Car Association/CPCA) Cui Dongshu mengatakan, permintaan baterai energi baru akan anjlok drastis mulai akhir 2025 hingga awal 2026.
Baca Juga: Selin Kocalar 21 Tahun, Drop Out dari MIT Bangun Startup AI Bernilai Rp 5 Triliun Kondisi ini membuat produsen baterai disarankan untuk menyesuaikan kapasitas produksi. “Memasuki 2026, permintaan baterai energi baru akan turun signifikan dari akhir tahun ini. Produsen baterai sebaiknya mengurangi produksi dan mengambil jeda untuk menghadapi fluktuasi pasar,” ujar Cui dalam unggahan media sosial pribadinya, Minggu (28/12/2025). China merupakan pemimpin global dalam manufaktur dan ekspor baterai lithium, yang selama ini diuntungkan oleh lonjakan permintaan baterai untuk kendaraan listrik dan jaringan penyimpanan energi. Namun, penurunan permintaan ini berpotensi menekan kinerja produsen besar seperti Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) dan EVE Energy. Cui memperkirakan penjualan kendaraan penumpang ramah lingkungan di China akan turun setidaknya 30% pada awal 2026 dibandingkan kuartal IV-2025.
Baca Juga: Kementerian Keuangan China: Kebijakan Fiskal 2026 Akan Lebih Proaktif Pelemahan ini terjadi seiring berakhirnya berbagai insentif pajak pembelian kendaraan. Selain itu, permintaan kendaraan listrik komersial juga dipastikan akan merosot pada awal tahun depan, setelah konsumen mempercepat pembelian hingga akhir 2025 demi memanfaatkan subsidi dan insentif pajak. Cui menambahkan, penurunan permintaan domestik tersebut kecil kemungkinan dapat ditutup oleh kinerja ekspor. Pasalnya, ekspor baterai lithium China juga menunjukkan tanda perlambatan. Data menunjukkan ekspor baterai lithium China ke Uni Eropa pasar luar negeri terbesar hanya tumbuh 4% sepanjang 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, ekspor ke Amerika Serikat justru merosot 9,5%.
Baca Juga: Manajer Liverpool Arne Slot: Florian Wirtz Akan Cetak Lebih Banyak Gol Menurut Cui, penurunan ekspor ke AS mengindikasikan bahwa meningkatnya kebutuhan penyimpanan energi akibat boom kecerdasan buatan (
artificial intelligence/AI) di Negeri Paman Sam belum mampu mendorong permintaan baterai lithium asal China. Sementara itu, analis UBS Yishu Yan sebelumnya mengingatkan bahwa produsen baterai China juga menghadapi risiko tambahan dari kebijakan AS yang membatasi proyek penerima insentif pajak investasi apabila melibatkan entitas asing yang dikategorikan sebagai
foreign entities of concern.