Industri gaya hidup bisa jadi motor baru ekonomi



KONTAN.CO.ID - TANGERANG. Perubahan pola konsumsi masyarakat mendatangkan peluang bisnis bagi masyarakat yang bisa menjadi mesin baru penggerak ekonomi. Makin gemarnya masyarakat menghabiskan uang untuk wisata dan kebutuhan gaya hidup lain, perlu dimanfaatkan oleh pemerintah dan pengusaha.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, pebisnis sebenarnya sudah mulai mengikuti perubahan tren konsumsi masyarakat tersebut. Walau tingkat investasi di industri berbasis lifestyle memang masih kecil, namun pertumbuhannya investasinya cukup menjanjikan.

Ini terlihat dari realisasi investasi pada semester I-2017 di sektor pariwisata. Data BKPM mencatat, realisasi investasi di sektor ini pada semester I-2017 sebesar US$ 929,14 juta atau Rp 12,4 triliun. Nilai itu tumbuh 37% dari semester I-2016. Namun dibandingkan total realisasi investasi pada periode yang sama mencapai Rp 336,7 triliun, jumlahnya masih kecil.


"Investasi di bidang pariwisata tumbuh 35% sampai 40% per tahun. Sementara investasi secara nasional naiknya 12%-14% per tahun. Sudah sangat tinggi investasi pariwisata," kata Tom, panggilan akrabnya ditemui di acara Trade, Tourism, Investment Seminar di ICE BSD, Tangerang, Kamis (12/10).

BKPM yakin dengan pertumbuhan yang pesat setiap tahun, nilai investasi pariwisata bakal semakin besar pada periode mendatang. BKPM juga berkomitmen menjaring investor di sektor pariwisata sebanyak mungkin.

Oleh karena itu sejak tahun ini BKPM gencar promosi investasi pariwisata ke sejumlah destinasi andalan. Antara lain, Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu & Kota Tua (DKI Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), dan Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur) serta 2 kawasan pariwisata terpadu di Sumatera Barat yakni Mandeh dan Gunung Padang

Tom yakin investasi pariwisata juga bakal menjadi jawaban atas persoalan pengangguran di Indonesia. Alasannya, "Lifestyle industry sangat padat karya, dari pekerja kafe, restoran, staf dapur sampai pariwisata. Itu kan jasa semua," jelas Tom.

Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah Thaib menjelaskan, sektor pariwisata yang masih terkait dengan industri lifestyle merupakan penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. "20 tahun terakhir Indonesia tergantung dengan komoditas , tapi empat tahun lalu sektor pariwisata berada di posisi keempat sebagai penyumbang penerimaan negara. Tahun lalu menjadi menjadi penghasil devisa kedua di bawah CPO," kata Hiramsyah. Pada tahun ini pemerintah menargetkan sektor pariwisata berkontribusi Rp 200 triliun terhadap devisa negara.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara bilang, jika industri pariwisata dan lifestyle bisa digenjot dalam waktu singkat, maka sumbangan pariwisata ke PDB bisa mencapai 9% di 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini