Industri Halal di Thailand Berkembang Pesat, Menarik Wisatawan Muslim



KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Industri halal di Thailand, yang saat ini sedang berkembang pesat, memiliki potensi besar untuk meningkatkan ekonomi pariwisata negara ini, terutama dalam menarik wisatawan Muslim.

Wanitcha Amkham, seorang pedagang roti yang telah berpengalaman selama bertahun-tahun di Bangkok, menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh industri halal di jalanan.

Meskipun Amkham menjual roti halal yang terbuat dari bahan-bahan yang memenuhi syarat, dia menyaksikan adanya penyalahgunaan label halal oleh beberapa pedagang lain yang tidak mematuhi standar tersebut.

Kepercayaan Konsumen Terhadap Label Halal


Amkham menekankan pentingnya kepercayaan konsumen dalam industri halal. Dia bercerita tentang pengalaman buruk ketika melihat pedagang sebelahnya menggunakan tanda halal sambil menjual makanan yang tidak sesuai dengan syarat halal, seperti makanan yang terbuat dari babi.

Baca Juga: Kebutuhan Gaya Hidup dan Olahraga Masih Tumbuh di Tengah Menurunnya Daya Beli

Kejadian ini menimbulkan keraguan di benak konsumen, terutama di kalangan wisatawan Muslim yang sangat berhati-hati dalam memilih makanan yang akan mereka konsumsi.

Penyalahgunaan label halal tidak hanya merugikan konsumen tetapi juga dapat merusak reputasi Thailand sebagai destinasi yang ramah bagi wisatawan Muslim. Keberadaan produk-produk halal yang tidak terjamin keasliannya di pasar informal dapat mengancam kepercayaan dari negara-negara Muslim yang menjadi target pasar Thailand.

Langkah Pemerintah untuk Meningkatkan Standar Halal

Guna meningkatkan industri halal, pemerintah Thailand baru-baru ini mengumumkan rencana aksi industri halal yang bertujuan untuk mempromosikan produk Thailand dan memperkuat standar industri.

Rencana ini termasuk pendirian “halal valley” untuk memproduksi barang-barang halal, dengan lokasi yang diusulkan berada di provinsi-provinsi mayoritas Muslim di Thailand selatan.

Dukungan pemerintah ini sangat penting, mengingat Thailand saat ini merupakan rumah bagi sekitar 15.000 perusahaan dan 166.000 produk yang sudah memiliki sertifikasi halal.

Baca Juga: Makanan dan Minuman di Jaringan Bioksop Cinepolis Mendapatkan Sertifikasi Halal

Namun, untuk meningkatkan kepercayaan konsumen, Thailand harus meningkatkan kualitas dan transparansi proses sertifikasi halal, terutama dalam industri makanan jalanan yang sering terabaikan.

Potensi Ekspor Halal Thailand

Thailand saat ini merupakan eksportir terbesar ketiga ke negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OIC) di Asia Tenggara setelah Malaysia dan Indonesia. Dalam delapan bulan pertama tahun 2023, ekspor halal Thailand ke pasar OIC, termasuk gula, beras, dan ayam beku, mencapai sekitar US$4,1 miliar.

Ini menunjukkan bahwa ada permintaan yang signifikan untuk produk halal Thailand, yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh para pelaku industri.

Dengan proyeksi bahwa populasi Muslim akan meningkat menjadi tiga miliar pada tahun 2060, atau sekitar 30% dari populasi global, Thailand perlu mempersiapkan diri untuk memenuhi permintaan yang terus berkembang ini.

Meskipun negara ini memiliki banyak potensi, tantangan seperti penyalahgunaan label halal dan kurangnya pemahaman tentang proses sertifikasi masih harus diatasi.

Baca Juga: BPKH Limited Luncurkan 14 Varian Bumbu Kampoeng untuk Konsumsi Jemaah Haji dan Umrah

Peluang untuk Meningkatkan Sertifikasi Halal

Saha Farms, salah satu eksportir ayam besar di Thailand, adalah contoh perusahaan yang telah berupaya mendapatkan sertifikasi halal. Mereka menyadari bahwa memiliki sertifikasi halal sangat penting untuk akses ke pasar Timur Tengah.

Jaruwan Chotitawan, presiden penjualan dan pemasaran luar negeri Saha Farms, menekankan pentingnya memperkuat merek halal mereka untuk memenuhi standar yang diharapkan oleh konsumen.

Untuk meningkatkan jumlah produk halal yang terjamin, Thailand harus memperhatikan biaya sertifikasi yang dianggap tinggi oleh banyak usaha kecil, termasuk pedagang makanan jalanan. Biaya awal untuk mendapatkan sertifikasi halal dimulai dari 10.000 baht (US$300), ditambah dengan biaya tambahan untuk pemeriksaan berkala dan perpanjangan sertifikasi.

Editor: Handoyo .