KONTAN.CO.ID - MEDAN. Industri hilir kelapa sawit saat ini kian bertumbuh. Berbagai hasil produk turunan dari sawit pun berhasil dipasarkan baik untuk kesehatan dan kecantikan. Menurut Darmono Taniwiryono, Direktur PT Nutri Palma Nabati, sejauh ini produk yang dikembangkan adalah minyak
red virgin palm oil. “Yang kami kembangkan di PT Nutri Palma Nabati adalah
red virgin palm oil yang dikemas dengan nama minyak Salmira. Kami juga produksi saset untuk dikonsumsi langsung,” kata Darmono, Senin (8/10). Darmono menyebut, pengembangan industri hilir berupa
red virgin palm oil ini memiliki banyak keunggulan terutama dalam mengatasi
stunting (gizi buruk). Ini karena kandungan minyak
red virgin palm oil mengandung komposisi omega 3, omega 6 dan omega 9 dan vitamin yang terkandung dalam sawit.
“Formulasinya yang sudah kami buat dengan omega 3 yang lebih tinggi sehingga nanti komposisi omega 3, omega 6 dan omega 9 seimbang bagus untuk kesehatan,” kata Darmono. Alumni Institut Pertanian Bogor ini menyebut bahwa berdasarkan penelitiannya, satu dari tiga balita yang mengalami
stunting dapat diatasi dengan mengkonsumsi
red virgin palm oil. Menurutnya butuh 300.000 hektare sawit untuk memperbaiki kondisi
stunting di Indonesia. Minyak sawit ini pun dapat digunakan untuk perawatan wajah, rambut, dan juga pengobatan kulit yang mengalami bekas luka ataupun luka bakar. “Produk kami juga ada untuk perawatan wajah, perawatan rambut, dan menyamarkan bekas luka. Itu komposisinya dengan tambahan vitamin A dan Vitamin E. Kalau ibu-ibu memang susah menerima bahwa minyak bisa digunakan sebagai bahan kecantikan, karena ini akan
oily atau berminyak. Padahal aplikasi minyak ini hanya 10 sampai 15 menit saja,” tegasnya. Dari kunjungan KONTAN ke Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), terlihat bahwa pengembangan sawit tidak terbatas pada minyak, namun juga perawatan wajah (
cream) yang mampu mengatasi keriput dan noda hitam di wajah. Selain itu beberapa produk dari sawit yang saat ini mulai dipasarkan, antara lain sabun, lilin, lotion, minyak goreng, mentega, roti, biscuit dan masih banyak lagi. Sayangnya stigma bahwa minyak yang bagus adalah minyak yang jernih berkembang di Indonesia, membuat masyarakat enggan untuk mengonsumsi
red virgin palm oil, padahal dengan warnanya yang merah justru kandungan gizinya semakin tinggi. “Permasalahannya di Indonesia, apapun yang warnanya putih jernih itu adalah bagus. Minyak juga begitu, yang warnanya putih dinilai lebih bagus bagus padahal itu menyimpang dari alam. Justru yang berwarna itu yang lebih kaya,” tegasnya. Lebih rinci, dalam setahunnya rata-rata produksi sawit PT Nutri Palma Nabati masih sangat kecil dengan olahannya 250 kg tandan buah segar per jam, sedangkan normalnya pabrik sawit besar adalah 60 ton sampai 90 ton per jam.
Pabrik Nutri Palma ini beroperasi sejak 2016. “Kami masih kecil, dalam satu bulan kami mampu mengolah tidak sampai 10 ton, untuk target tahunan kami 76,8 ton dengan hitungan 8 jam per hari operasi,” rincinya. Nutri Palma memiliki luas kebun sawit 500 hektare di Bogor, Jawa Barat. Darmono mengatakan, pihaknya akan ekspansi kebun rencananya akan ekspansi ke Sumatra Utara. “Produksi terbesar sawit itu Riau kedua Sumut. Ada 4 juta ton per tahun di Sumatra Utara. Kalau di Riau ada 7 juta ton per tahun,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati