JAKARTA. Produsen dalam negeri mengeluhkan kesulitan memperoleh bahan baku domestik. Untuk mendapatkannya, alhasil, para produsen mulai hunting ke pasar impor. Hal inilah yang kini tengah dihadapi oleh industri hilir plastik seperti produsen karung maupun pembungkus plastik. Produsen hilir plastik mengaku kesulitan bahan baku berupa polyetilina (PE) dan polypropilena (PP) sebanyak 140.000 ton atau 20% dari total kebutuhan nasional. Sebab itu, mereka memutuskan untuk mengimpornya dari China dan Singapura. Padahal, kebijakan impor semakin membuat mereka terpuruk karena harganya lebih mahal dari dalam negeri. "Harga bahan baku impor lebih mahal sekitar USD60-USD80 per ton jika dibandingkan harga dalam negeri. Tapi kami harus tetap memperoleh bahan baku," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Aneka Tenun Plastik Indonesia (Giatpi) Totok Wibowo, pekan lalu.
Industri Hilir Plastik Keluhkan Pasokan Bahan Baku
JAKARTA. Produsen dalam negeri mengeluhkan kesulitan memperoleh bahan baku domestik. Untuk mendapatkannya, alhasil, para produsen mulai hunting ke pasar impor. Hal inilah yang kini tengah dihadapi oleh industri hilir plastik seperti produsen karung maupun pembungkus plastik. Produsen hilir plastik mengaku kesulitan bahan baku berupa polyetilina (PE) dan polypropilena (PP) sebanyak 140.000 ton atau 20% dari total kebutuhan nasional. Sebab itu, mereka memutuskan untuk mengimpornya dari China dan Singapura. Padahal, kebijakan impor semakin membuat mereka terpuruk karena harganya lebih mahal dari dalam negeri. "Harga bahan baku impor lebih mahal sekitar USD60-USD80 per ton jika dibandingkan harga dalam negeri. Tapi kami harus tetap memperoleh bahan baku," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Aneka Tenun Plastik Indonesia (Giatpi) Totok Wibowo, pekan lalu.