KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri hulu tekstil menghadapi banyak tantangan saat ini, di antaranya kenaikan harga minyak dunia yang ikut mengerek harga bahan baku utama Polyester dan ancaman produk impor baik yang legal maupun unprosedural mulai kembali membanjiri pasar domestik. Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta memaparkan, bahan baku utama Polyester yaitu PTA sudah di level USD$ 850/ ton yang normalnya di sekitar US$ 600/ton. Jadi memang naiknya sudah tinggi karena PTA turunan dari minyak mentah. “Saat ini permintaan masih cukup baik, namun penjualan kami mulai tertekan karena buyer kami di pasar domestik mulai mengalami kesulitan penjualan menyusul dibukanya kembali impor tekstil untuk importir umum (API-U) oleh Kemendag,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/6).
Industri Hulu Tekstil Indonesia Tertekan Kenaikan Harga Bahan Baku dan Produk Impor
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri hulu tekstil menghadapi banyak tantangan saat ini, di antaranya kenaikan harga minyak dunia yang ikut mengerek harga bahan baku utama Polyester dan ancaman produk impor baik yang legal maupun unprosedural mulai kembali membanjiri pasar domestik. Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta memaparkan, bahan baku utama Polyester yaitu PTA sudah di level USD$ 850/ ton yang normalnya di sekitar US$ 600/ton. Jadi memang naiknya sudah tinggi karena PTA turunan dari minyak mentah. “Saat ini permintaan masih cukup baik, namun penjualan kami mulai tertekan karena buyer kami di pasar domestik mulai mengalami kesulitan penjualan menyusul dibukanya kembali impor tekstil untuk importir umum (API-U) oleh Kemendag,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/6).