KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha karet menyatakan siap menyanggupi permintaan pemerintah yang ingin menambah porsi
crumb rubber alias serbuk karet sebagai bahan dasar aspal jalan. Pasalnya, porsi antara produksi dalam negeri, ekspor dan penggunaan dalam negeri masih menyediakan ruang yang cukup untuk menyanggupi penambahan permintaan tersebut. Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Suharto Honggokusumo menjelaskan, stok karet Indonesia terus mengalami peningkatan. Sehingga bila terjadi penambahan permintaan pada satu pasar tertentu, industri siap menanggapinya.
"Kami siap menjual dalam negeri, juga untuk diekspor. Jadi penggunaan ekspor dan domestik itu selalu siap," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (10/7). Menurutnya tahun lalu produksi nasional karet alam Indonesia mencapai angka 3,4 juta ton. Perkiraannya tahun ini bakal naik 3% sesuai rata-rata tahunan pada umumnya. Sebanyak 85% atau setara 2,8 juta ton di ekspor, sedangkan porsi yang digunakan dalam negeri sangat kecil. Artinya masih ada banyak yang digudangkan dan bisa dikerahkan bila ada pasar baru dari sektor aspal karet jalanan. Namun Suharto meluruskan bahwa selama ini terjadi perbedaan persepsi dalam memahami crumb rubber. Bila mengacu pada pemahaman internasional, crumb rubber merupakan hasil sampingan dari ban karet bekas yang diparut, diayak dan dikategorikan sesuai ukuran dan keperluannya. Sumbernya biasanya berasal dari sisa vulkanisir ban. Adapun, di AS industri
crumb rubber cukup marak lantaran terdapat oversuplai ban bekas. Sedangkan di Indonesia ban bekas kerap disulap menjadi produk kreatif sehingga industri
crumb rubber yang murni dari ban bekas susah mendapatkan bahan utamanya. Sedangkan industri crumb rubber yang ada di Indonesia mengacu pada proses blok karet alam yang dibekukan dan dipecahkan sehingga menjadi serpihan. Untuk sektor ini, Suharto menyarankan untuk menggunakan karet olahan SR 20 sebagai bahan bakunya.
Menanggapi hal tersebut, Dirjen Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Achmat Sigit Dwiwahjono menyatakan sudah ada upaya untuk mengembangkan crumb rubber di Indonesia. "Untuk aspal memang sudah dilakukan uji coba dan hasilnya cukup menjanjikan sebagai upaya diversifikasi crumb rubber yang over suplai di dunia," jelasnya. Asal tahu, Kemenperin sebelumnya tengah berupaya untuk merevisi bidang usaha crumb rubber dari Daftar Negatif Investasi (DNI). Bidang usaha tersebut masih dalam kategori yang terbuka namun dengan persyaratan bila pemodal asing ingin ikut berinvestasi dalamnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto