KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di sepanjang 2020 Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) masih belum bisa memproyeksikan berapa pertumbuhan industri karet nasional karena masih dibayangi wabah Pestalotiopsis atau penyakit gugur daun pada pohon karet. Asal tahu saja di tahun 2019, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) sampai memproyeksikan angka produksi karet turun 9,05% year on year (yoy) atau menjadi 3,30 juta ton di sepanjang tahun lalu. Pasalnya, turunnya proyeksi ini akibat menurunnya produksi di tingkat hulu akibat wabah pestalotiopsis. Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo belum bisa memproyeksi pertumbuhan industri karet tahun ini karena ketidakpastian hulu yang membuat utilisasi produksi menjadi rendah.
Baca Juga: BPS: Nilai tukar petani meningkat pada Desember 2019 Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, Moenardji pernah bilang adanya utilisasi produksi yang rendah mendorong kegiatan produksi menjadi tidak efisien sehingga berimbas kepada biaya produksi yang tinggi. "Salah satunya harapan industri karet adalah struktur fundamental supply dan demand yang mendekati seimbang atau bahkan membaik. Hal ini agar perbaikan harga menjadi kondusif," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (10/1). Moenardji menjelaskan saat ini produksi dan konsumsi sudah sama-sama turun sementara harga masih relatif lemah. Oleh karenanya, dia berharap ada momentum berikutnya yang membuat harga bisa membaik.