JAKARTA. Pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat pengusaha kemasan kalang kabut. Sebab, banyak pengusaha kemasan membeli bahan baku kemasan denganĀ kurs dolar AS, tapi menjualnya dengan rupiah. Henky Wibowo, Ketua Umum Federasi Pengemasan Indonesia bilang, 50% bahan baku kemasan berupa polipropilena, polietilena, poliester impor dari Timur Tengah. "Kami membeli bahan baku tersebut dengan dolar AS yang mahal dan menjualnya dalam rupiah yang nilainya lebih murah," ujar Henky kepada KONTAN Selasa (4/3). Salah satu bentuk kerugian yang terjadi akibat fluktuasi kurs ini adalah, produsen kemasan banyak yang mematok kontrak penjualan dengan acuan dolar AS pada posisi Rp 12.000 per dolar AS. Jika posisi dolar menguat hingga mencapai posisi Rp 13.000 per dolar AS, maka selisih nilai tukar menjadi tanggungan produsen kemasan.
Industri kemasan terseret rupiah
JAKARTA. Pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat pengusaha kemasan kalang kabut. Sebab, banyak pengusaha kemasan membeli bahan baku kemasan denganĀ kurs dolar AS, tapi menjualnya dengan rupiah. Henky Wibowo, Ketua Umum Federasi Pengemasan Indonesia bilang, 50% bahan baku kemasan berupa polipropilena, polietilena, poliester impor dari Timur Tengah. "Kami membeli bahan baku tersebut dengan dolar AS yang mahal dan menjualnya dalam rupiah yang nilainya lebih murah," ujar Henky kepada KONTAN Selasa (4/3). Salah satu bentuk kerugian yang terjadi akibat fluktuasi kurs ini adalah, produsen kemasan banyak yang mematok kontrak penjualan dengan acuan dolar AS pada posisi Rp 12.000 per dolar AS. Jika posisi dolar menguat hingga mencapai posisi Rp 13.000 per dolar AS, maka selisih nilai tukar menjadi tanggungan produsen kemasan.