JAKARTA Industri keramik dalam negeri keluhkan harga gas dalam negeri lebih mahal dari gas di negara tetangga. Hal ini dinilai mengurangi daya saing dan tingkat efisiensi produksi keramik dalam negeri. Elisa Sinaga, Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengatakan bahwa energi masih menjadi kendala pertumbuhan dan daya saing industri keramik. "Sebetulnya pasokan energi cukup, Harga gas alam yang mahal membebani produksi dalam negeri," ujar Elisa pada Senin (2/2). Ia mengatakan, harga gas alam untuk keramik di wilayah Indonesia Barat sebesar US$ 9,3 per mmbtu (milion metric british thermal unit). Sedangkan harga gas alam untuk keramik di wilayah Indonesia Timur sebesar US$ 8,4 per mmbtu. Sedangkan menurut Elisa, harga gas alam untuk keramik di Malaysia hanya US$ 5,5 per mmbtu dan di Singapura US$ 4 per mmbtu.
Industri keramik mengeluhkan harga gas
JAKARTA Industri keramik dalam negeri keluhkan harga gas dalam negeri lebih mahal dari gas di negara tetangga. Hal ini dinilai mengurangi daya saing dan tingkat efisiensi produksi keramik dalam negeri. Elisa Sinaga, Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengatakan bahwa energi masih menjadi kendala pertumbuhan dan daya saing industri keramik. "Sebetulnya pasokan energi cukup, Harga gas alam yang mahal membebani produksi dalam negeri," ujar Elisa pada Senin (2/2). Ia mengatakan, harga gas alam untuk keramik di wilayah Indonesia Barat sebesar US$ 9,3 per mmbtu (milion metric british thermal unit). Sedangkan harga gas alam untuk keramik di wilayah Indonesia Timur sebesar US$ 8,4 per mmbtu. Sedangkan menurut Elisa, harga gas alam untuk keramik di Malaysia hanya US$ 5,5 per mmbtu dan di Singapura US$ 4 per mmbtu.