Industri kimia optimistis dapat tumbuh 5% hingga akhir tahun 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski menghadapi kenaikan harga minyak dan pelemahan kurs rupiah, industri kimia dalam negeri masih optimistis dapat meraih pertumbuhan bisnis yang signifikan tahun ini. Hal ini disebabkan oleh dorongan permintaan produk kimia yang terus bertambah tiap tahunnya.

Suhat Miyarso, Direktur Eksekutif Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI) menyebutkan bahwa potensi untuk industri kimia bertumbuh masih terbuka lebar. "Secara umum industri diprediksi bisa tumbuh 5% tahun ini," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (15/7).

Meski didera oleh kenaikan harga minyak yang mampu menggerus beban produksi, efisiensi harus dilakukan oleh para produsen. Seperti, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) misalnya yang mengembangkan kapasitas pabriknya agar dapat memperoleh margin keuntungan yang baik.


Menurut Suhat, yang juga menjabat sebagai Vice President Corporate Relations PT TPIA, menyebutkan ada beberapa proyek penambahan kapasitas produksi yang akan dilakukan perseroan. "Seperti kompleks CAP II kemungkinan groundbreaking akhir 2019 nanti," terangnya.

Sejak tahun lalu, TPIA memang terus giat melakukan ekspansi dengan membangun pabrik baru dan memperluas pabrik yang sudah ada. Guna mempercepat langkah ekspansinya, emiten sektor kimia tersebut menyiapkan belanja modal mencapai US$ 300 juta di tahun 2018.

Sementara itu produsen seperti, PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG) melakukan pengaturan produksi dengan pembaruan mesin agar terjadi efisiensi yang diinginkan. Produsen bahan baku polyester untuk produk tekstil dan ban ini diketahui mengonsumsi produk petrokimia jenis etilena.

Tarankumar Nagendranath Pal, Direktur PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG) mengatakan untuk menghemat penggunaan bahan baku etilena, perseroan melakukan transisi penggantian katalis produksi dengan Ethylene Glycol (EG-1). "Dengan penggunaan katalis canggih ini kami dapat tekan penggunaan etilena," ujar Tarankumar.

Saat ini perseroan tengah melakukan penggantian katalis tersebut di pabrikan. "Produk yang dihasilkan tetap sama, bahkan dengan katalis baru ini akan hasilkan efisiensi rata-rata 5%-8%," ungkap Tarankumar.

Nantinya setelah penggantian katalis baru ini, volume produksi diharapkan dapat ditingkatkan hingga 20%. Maka dari itu Polychem anggarkan belanja modal (capex) tahun ini sebesar US$ 15 juta, sebagian untuk penggantian katalis baru serta sebagian yang lain untuk modernisasi mesin produksi dan pemindahan mesin PSF dari Tangerang ke Karawang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto