Industri Kreatif Radio Berlomba-Lomba Geber Program Apik



JAKARTA. Persaingan industri radio memang berlangsung ketat saat ini. Hal ini memicu pula persaingan untuk mendapatkan kue iklan serta pendengar.Berdasarkan catatan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), saat ini jumlah perusahaan radio se Indonesia berkisar 1.300 stasiun. Sementara untuk wilayah Jabodetabek, jumlahnya ada 60 stasiun."Di Jabodetabek, jumlah anggota PRSSNI ada 48 anggota. Tapi, yang ilegal banyak sekali," ujar Adrian Syarkawi, Sekjen PRSSNI.Namun, di tengah sempitnya persaingan antar stasiun radio tersebut, Adrian mengaku optimis iklan di radio bakal semakin bertumbuh. Bahkan Adrian memperkirakan adanya pertumbuhan iklan dari kuartal pertama ke kuartal kedua tahun 2009 ini."Pertumbuhan iklan bahkan bisa 15% sampai 20% lebih tinggi dibanding kuartal pertama tahun lalu," ujarnya. Sayang Adrian tidak bisa membeberkan besaran nilai iklan karena tidak ada data konkret yang tersedia baik di PRSSNI maupun Nielsen.Pasalnya, pada saat krisis, banyak perusahaan mencari format iklan yang murah untuk menghemat bujet pengeluaran mereka. Sementara, harga iklan radio masih di bawah harga iklan untuk televisi ataupun koran. "Iklan radio bakal makin dilirik, karena selain bisa menghemat pengeluaran pengiklan, juga hasilnya cukup bisa dipertanggungjawabkan," lanjut Adrian.Sementara itu, PRSSNI juga mencatat adanya penurunan pendengar radio. Dari sekitar 15 juta pendengar se-Jabodetabek menjadi sekitar 12 juta pendengar saja. "Padahal dulu, dari total penduduk Jabodetabek, 55% merupakan pendengar radio. Kini tinggal 45% saja," terang Adrian.Penurunan ini lebih disebabkan oleh turunnya jumlah pendengar radio bergenre dangdut. Biasanya segmen radio jenis ini adalah segmen D dan E dengan usia dewasa. "Kebanyakan pendengar radio dangdut geser ke radio pop. Mungkin karena industri musik dangdut juga sedang turun," lanjut Adrian.Dia lantas menjelaskan, untuk meningkatkan jumlah pendengar, suatu radio harus mampu mengakomodasi kebutuhan pendengarnya serta memberikan servis terbaik bagi pendengar dan pengiklan. "Radio harus inovatif usung produk. Misal dengan konsisten angka lagu Indonesia atau apa. Tapi, bisa diterima pasar," ujar Adrian. Pasalnya, nyawa radio bergantung pada produk siaran yang dikemasnya.Iklan radio pun, bisa dalam bentuk kombinasi antara iklan on air yang kemudian dipertegas dengan iklan off air dalam bentuk even. "Biasanya, tiap radio sudah punya komunitas pendengar yang bisa dimanfaatkan sebagai target iklan," lanjut Adrian yang saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur Gen FM dan Jak FM ini.Tak jauh beda dengan pendapat Adrian, Antok Nugroho, Assistant Program Director sekaligus penyiar Motion Radio bilang bahwa saat ini persaingan untuk mendapatkan iklan sangat ketat."Kue iklan yang ada semakin kecil. Oleh karena itu, kita harus kreatif menelurkan ide iklan serta program acara agar mendapat jatah kue tersebut," ujar Antok. Antok sendiri mengaku mampu menggodok sekitar 20 ide iklan tiap minggu bersama tim kreatifnya. "Kebanyakan ide kita menggabungkan iklan on air dengan off air," ujarnya.Sementara dari sisi produk, Motion Radio sendiri berusaha melakukan perubahan mendasar dari sisi produk program acara dan segmen pasarnya.Tiga bulan yang lalu, Motion Radio masih bernama radio Otomotion, di mana segmen pasarnya lebih ke arah laki-laki penyuka otomotif. Kini, segmen pasar Motion Radio dilebarkan lebih ke arah lifestyle, serta memperbanyak pembahasan seputar wanita. Sementara, bahasan otomotif dikurangi. Target pasarnya untuk umur 20 tahun sampai 35 tahun."Ini kita sebut new flavor otomotif lifestyle. Karena wanita pun ada yang suka otomotif," ujar Antok.Beberapa program unggulan yang sudah dipersiapkan tim kreatif Motion Radio. Antara lain program siaran Arie Dagienkz yang memasang format santai dengan balutan informasi terkini mulai dari teknologi, finansial, keuangan, psikologi dan sebagainya. Program siaran ini mulai pukul 6 pagi sampai pukul 10 pagi.Sementara lagu-lagu yang dibawakan lebih ke arah lagu tahun 1990 an. "Kita usung lagi 90s is the new 80s. Antara lain lagu rock, pop dance dan sebagainya," lanjut Antok.Ada juga siaran Sisan, atau siang santai antara jam 12 siang sampai jam 14 siang yang memuat tentang liputan kuliner. Ada juga program Heal To The Rock dengan penyiar Bagus Netral dan Eka Brandalz. Serta ada siaran Beranda Sore jam 4 sore sampai jam 8 malam.Menurut Antok, kaitan antara lagu, penyiar dan program merupakan nyawa dari sebuah radio. "Keunggulan radio adalah intimacy. Yaitu kedekatan antara penyiar dengan pendengarnya,"terang Antok.Gara-gara perubahan tersebut, otomatis jumlah pendengar Motion Radio naik dua kali lipat. Sebelum berubah nama, jumlah telepon masuk hanya 7.000 telepon saja. Setelah berubah nama, sebanyak 14.000 telepon.Berdasarkan riset, jumlah penelepon merupakan 2% dari jumlah pendengar. Jadi, saat ini jumlah pendengar Motion Radio berjumlah 700.000 sementara sebelumnya separuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie