Industri lampu lokal minta tameng bea masuk



JAKARTA. Industri lampu dalam negeri mulai mampu memproduksi lampu light emitting diode (LED). Supaya berjalan mulus, pebisnis lampu domestik meminta perlindungan berupa bea masuk lampu impor LED.

John Manoppo, Ketua Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo)  berharap pemerintah mau memberlakukan bea masuk lampu impor LED hingga 15% supaya produk lampu LED lokal bisa bersaing di pasar dalam negeri. "Beberapa produsen lampu lokal sudah bisa memproduksi lampu LED lantaran melihat potensi bisnis lampu LED di Indonesia masih terbuka lebar," katanya kemarin.

Sejauh ini, importasi lampu LED tidak terpantau dengan baik. Soalnya, kategori impor lampu LED atau harmonized system (HS) masih disamakan dengan lampu hemat energi atau LHE.


Saat ini sudah ada empat produsen lampu yang siap memproduksi LED. Yakni PT Pancaran Indonesia dengan merek Cahaya, PT Sure Indonesia dengan merek Kunang dan PT Sentosa Elektrik dengan merek Keibu.

Sedangkan PT Sinar Angkasa Rungkut sudah mulai memproduksi LED secara masal dengan merek Chiyoda pada bulan ini dengan kapasitas produksi per hari mencapai 12.500 unit. "Yang lain sudah menyatakan kesiapannya dan akan menyusul," ujarnya.

Menurutnya, tingkat kandungan lokal produk lampu LED domestik sudah mencapai 65%. Ini berkat ketersediaan bahan baku yang cukup tinggi di dalam negeri. Alhasil,  potensi ekspansi dari produsen LHE ke LED diproyeksi makin tinggi.

Maklum, potensi pasar lampu LED tahun ini amat besar. John menyebut angka sampai 15 juta unit. Padahal, permintaan lampu LED tahun lalu masih 2 juta unit.

Peningkatan permintaan terjadi lantaran lampu LED punya kelebihan. Misalnya punya daya tahan yang lebih tinggi ketimbang LHE. Melihat kelebihan ini, konsumen, terutama dari kalangan korporat dan pemerintah banyak memilih lampu LED untuk menekan biaya pengeluaran jangka panjang.

Sedangkan secara umum, John menambahkan konsumsi lampu di dalam negeri selama 2013 ini diperdiksi naik tipis sebesar 3% dibanding tahun lalu. Bila tahun lalu total konsumsi mencapai 320 juta unit, tahun ini diperkirakan menyentuh 330 juta unit.

Peningkatan permintaan yang tipis ini menurut dia didorong oleh mulai membaiknya pengawasan peredaran lampu di dalam negeri. Imbasnya, lampu kualitas rendah bisa tersaring dari pasar. "Sehingga lampu yang beredar memiliki kualitas dan daya tahan lebih baik yang menyebabkan tidak banyak pergantian lampu di tahun ini," katanya.

Sayang, tingginya permintaan lampu tahun ini masih belum menjadikan produsen lokal sebagai tuan rumah di negara sendiri. Pasalnya pemain lokal baru mengisi 20% dari kebutuhan lampu di pasar domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon