KONTAN.CO.ID - SIDOARJO. Sentra industri kecil dan menengah (IKM) logam di Desa Ngingas, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, merupakan salah satu pemasok komponen logam untuk mesin pertanian, peralatan rumah tangga, dan kendaraan bermotor. Beberapa IKM di Desa ini sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan otomotif nasional, seperti PT Astra International Tbk. Pemerintah Desa Ngingas telah membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sejak 2017 untuk mendukung IKM logam tersebut. BUMDes bertujuan memfasilitasi pengembangan usaha para IKM, baik dalam hal manajemen keuangan maupun pemasaran produk logam di Ngingas.
Ketua BUMDes Ngingas, Makmur Abadi Zainuddin Arifin, menyatakan bahwa saat ini terdapat 320 IKM di Ngingas. Beberapa di antaranya memiliki skala besar dan telah menjalin kerjasama dengan perusahaan nasional untuk memasok kebutuhan mereka.
Baca Juga: Jelajah Ekonomi Kontan (hari ke-5): Perajin di Sidoarjo, Suramadu dan bebek Madura "IKM-ikm ini telah kami data, termasuk jumlah karyawan, tingkat pendidikan mereka, dan sebagainya," ungkap Zainuddin kepada Tim Jelahan Ekonomi Desa KONTAN saat berkunjung ke Ngingas pada Jumat (19/5/2023). IKM logam di Ngingas memiliki variasi ukuran, mulai dari skala kecil dengan rata-rata tiga karyawan hingga skala besar dengan 80 karyawan. Sebagian besar pekerja di IKM Ngingas dibayar harian dengan gaji rata-rata Rp 70.000 - Rp 80.000 per hari. Hampir semua karyawan berasal dari masyarakat Desa Ngingas. IKM logam di Ngingas juga berhasil bertahan selama pandemi Covid-19. Meskipun permintaan turun, IKM ini tetap berproduksi karena menjadi sumber penghasilan utama bagi penduduk setempat. Namun, produk-produknya ditahan untuk sementara waktu sehingga mengurangi modal pelaku IKM. Hal tersebut menjadi salah satu tantangan bagi IKM logam di Ngingas selama pandemi. Namun, perlahan-lahan tantangan ini dapat diatasi seiring dengan redanya pandemi dan kembalinya aktivitas normal masyarakat. Salah satu kendala lain yang dihadapi oleh IKM di Ngingas adalah ketersediaan bahan baku yang murah. Para pelaku IKM sulit mendapatkan bahan baku dengan harga yang terjangkau.
Baca Juga: Cerita Insppiratif dari Lereng Gunung dan Perbatasan Jika membeli bahan baku yang tersedia, harganya cenderung mahal sehingga menggerus margin keuntungan dan biaya produksi bisa melebihi nilai penjualan. "Oleh karena itu, kami mencari bahan baku alternatif yang tidak melanggar aturan, seperti memanfaatkan tong yang dibelah menggunakan mesin pres, sehingga hasilnya persis sama dengan lembaran besi," ujar Zainuddin. Selain persoalan bahan baku, IKM Logam ini juga harus bersaing dengan produk-produk besi dari China yang harganya lebih murah. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri, meskipun secara kualitas, IKM Logam di Ngigas mengaku tidak tidak khawatir soal persaingan ini asal bahan bakunya tersedia dengan murah.
Baca Juga: Industri Konstruksi Tumbuh, Ini Dampaknya Terhadap IKM Bahan Bangunan Tantangan lain yang tidak kalah besar adalah permasalahan lingkungan yakni limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan IKM. Untuk mengatasi itu, BUMDes Ngigas telah menghasilkan incinerator pembakar sampah ramah lingkungan berteknologi sprayer. Mesin pembakar sampai ini disebut ramah lingkungan karena dapat menekan jumlah asap dari hasil pembakaran sampah. Kehadiran mesin ini juga turut membantu mengatasi sengkarut pengelolaan sampah rumah tangga yang menjadi masalah klasik di Sidoarjo. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli