JAKARTA. Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar maksimal 18% masih menuai protes. Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma) melihat, kenaikan TDL akan melumpuhkan produk lokal. Pasalnya, biaya listrik memakan 15% dari total biaya pabrik logam.Bila terjadi kenaikan sekitar 15%, porsi biaya listrik naik menjadi 17,5% dari total biaya. "Untuk menutup biaya ini, kami harus melimpahkan kenaikan harga pada konsumen sebesar 7,5%," ujar Ketua Umum Gamma Ahmad Saifun kepada KONTAN hari ini, Selasa (20/7).Tentu saja ini makin menyulitkan produk lokal untuk bersaing. Sebab, harga produk logam lokal bisa lebih mahal tiga kali lipat dibandingkan dengan produk logam impor. Sekadar contoh, kran baja lokal dijual seharga Rp 75.000 hingga Rp 80.000 per unit. Bandingkan dengan kran baja impor yang seharga Rp 22.000 hingga Rp 25.000 per unit. "Tingginya harga logam lokal disebabkan oleh biaya yang tinggi," lanjut Ahmad.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Industri Logam Siap Kerek Harga Produk 7,5%
JAKARTA. Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar maksimal 18% masih menuai protes. Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma) melihat, kenaikan TDL akan melumpuhkan produk lokal. Pasalnya, biaya listrik memakan 15% dari total biaya pabrik logam.Bila terjadi kenaikan sekitar 15%, porsi biaya listrik naik menjadi 17,5% dari total biaya. "Untuk menutup biaya ini, kami harus melimpahkan kenaikan harga pada konsumen sebesar 7,5%," ujar Ketua Umum Gamma Ahmad Saifun kepada KONTAN hari ini, Selasa (20/7).Tentu saja ini makin menyulitkan produk lokal untuk bersaing. Sebab, harga produk logam lokal bisa lebih mahal tiga kali lipat dibandingkan dengan produk logam impor. Sekadar contoh, kran baja lokal dijual seharga Rp 75.000 hingga Rp 80.000 per unit. Bandingkan dengan kran baja impor yang seharga Rp 22.000 hingga Rp 25.000 per unit. "Tingginya harga logam lokal disebabkan oleh biaya yang tinggi," lanjut Ahmad.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News