Industri mainan genjot penjualan 2,4 juta unit



JAKARTA. Usai menikmati kenaikan penjualan saat libur sekolah dan Lebaran, industri mainan dalam negeri kini mempersiapkan diri menyambut kenaikan permintaan di akhir tahun. Untuk itu, industri mainan kini berbenah agar bisa menggenjot penjualan.

Ketua Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI), Danang Sasongko memprediksi, selain faktor Lebaran, kenaikan penjualan mainan terjadi menjelang akhir tahun. "Kenaikan penjualan akhir tahun terutama saat Natal bisa 10%," ungkap Danang kepada KONTAN, Jumat (29/8).

Untuk diketahui, saat libur sekolah dan Lebaran lalu, penjualan rata-rata dari 40 anggota APMETI mencapai 120.000 unit dengan nilai sekitar Rp 6 miliar per bulan. Adapun di bulan biasanya, 40 anggota APMETI menjual rata-rata 100.000 unit mainan dengan nilai sebesar Rp 5 miliar per bulan.


Karena ada kenaikan penjualan sejak libur sekolah lalu, APMETI tahun ini mematok penjualan Rp 120 miliar dengan jumlah penjualan 2,4 juta unit mainan. Itu berarti, setiap anggota APMETI ditargetkan menjual 60.000 unit mainan sepanjang tahun ini.

Realisasi penjualan mainan anggota APMETI tahun lalu adalah Rp 100 miliar.  "Tahun lalu, penjualan rata-rata anggota kami 50.000 unit mainan per tahun. Tahun ini kami berharap penjualan naik menjadi sekitar 60.000 unit," kata Danang.

Seiring dengan kenaikan penjualan, kapasitas produksi mainan anggota APMETI juga ikut naik. Sayang, Danang tidak menyebutkan berapa potensi kenaikan produksi anggotanya itu.

Saat ini anggota APMETI akan menambah produksi untuk mengantisipasi kenaikan permintaan seiring dengan berlakunya masyarakat ekonomi ASEAN atau perdagangan bebas di negara ASEAN. "Secara teknis, kami tidak masalah dalam menambah produksi," kata Danang.

Sekadar informasi saja, saat ini 80% pengerjaan mainan anggota APMETI dilakukan secara manual. Untuk itu, Danang berharap agar industri ini segera mendapatkan dukungan teknologi. Bisa dibilang, teknologi pembuatan mainan Indonesia tertinggal dari China dan Vietnam.

Selain masalah teknologi, Danang berharap pemerintah memberi keringanan mengurus SNI mainan anak. Danang bilang, industri mainan masih ada yang kesulitan mengurus birokrasi mendapatkan SNI. "Syaratnya ada izin usaha, izin mendirikan industri. Dan izin-izin itu susah mendapatkannya," terang Danang.

Danang yakin, jika ada bantuan teknologi dan pengurusan SNI, maka industri mainan dalam negeri siap berkompetisi di pasar ASEAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan