Industri mamin perlu rantai pasok yang tangguh



JAKARTA. Kementerian Perindustrian menaruh harapan besar dari kontribusi industri makanan dan minuman (mamin) di tahun ini. Sepanjang tahun 2016 pertumbuhan industri ini mencapai 9,82% di saat pertumbuhan ekonomi mencapai 5,02%. Tidak hanya itu, industri mamin berkontribusi 33,6% terhadap produk domestik bruto (PDB) di sektor industri pengolahan.

Nilai investasi asing di sektor mamin juga cukup tinggi, yakni US$ 1,6 miliar hingga kuartal III-2016. "Maka dari itu, industri mamin punya prospek yang bagus," kata Airlangga dalam acara Breakfast Meeting Menjaga Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman Guna Menunjang Perekonomian Nasional di Kementerian Perindustrian, Selasa (7/2).

Dalam menjaga pertumbuhan industri mamin, Kemenperin turut mengharapkan kerja sama dari Kementerian Pedagangan dan Kementerian Keuangan. "Kebijakan dari Kemendag dalam efisiensi proses berbisnis dan kebijakan cukai dari Kemenkeu memegang tools yang bisa mendukung industri mamin," ujar Airlangga.


Selain itu, supaya bisa bertumbuh, industri mamin perlu memperbaiki rantai pasokan yang ada saat ini, mulai dari hulu yakni ketersediaan bahan baku mulai dari pangan dan kemasan, distribusi, hingga layanan jasa mamin seperti restoran. "Industri ini membutuhkan rantai pasok (supply chain) yang tangguh. "Tentunya ini terkait dengan berbagai sektor seperti sektor pertanian hingga layanan jasa," kata Airlangga.

Sementara itu, salah satu tantangan yang dihadapi industri mamin ialah maraknya barang impor ilegal di pasar dalam negeri. "Untuk minuman tertentu, penyelundupannya tinggi," kata Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini