JAKARTA. Industri makanan dan minuman selama ini masih terjajah oleh bahan baku yang masih impor. Alhasil, bila harga bahan baku naik diikuti oleh menguatnya Dollar AS, maka otomatis harga makanan dan minuman akan naik. Sementara investor di sektor hulu kesulitan mencari lahan yang luas untuk pabrik. Produk makanan dan minuman hingga saat ini masih tersandera pada bahan baku impor. Kebutuhan bahan baku yang mesti didatangkan dari luar negeri produknya beragam. Sebut saja gula saat ini impornya mencapai 100%, garam diimpor mencapai 80%. Selain itu, susu dan buah-buahan juga masing-masing diimpor 70%. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menyatakan, dengan fenomena itu, maka Gappmi berharap agar investor yang bakal berinvestasi di industri makanan lebih ke industri hulu atau industri intermediate. "Biar nanti bisa menunjang pasokan bahan baku bagi industri makanan dan minuman," kata Adhi, Selasa (16/2).
Industri mamin tersandera bahan baku impor
JAKARTA. Industri makanan dan minuman selama ini masih terjajah oleh bahan baku yang masih impor. Alhasil, bila harga bahan baku naik diikuti oleh menguatnya Dollar AS, maka otomatis harga makanan dan minuman akan naik. Sementara investor di sektor hulu kesulitan mencari lahan yang luas untuk pabrik. Produk makanan dan minuman hingga saat ini masih tersandera pada bahan baku impor. Kebutuhan bahan baku yang mesti didatangkan dari luar negeri produknya beragam. Sebut saja gula saat ini impornya mencapai 100%, garam diimpor mencapai 80%. Selain itu, susu dan buah-buahan juga masing-masing diimpor 70%. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menyatakan, dengan fenomena itu, maka Gappmi berharap agar investor yang bakal berinvestasi di industri makanan lebih ke industri hulu atau industri intermediate. "Biar nanti bisa menunjang pasokan bahan baku bagi industri makanan dan minuman," kata Adhi, Selasa (16/2).