Industri mengantisipasi mogok buruh



JAKARTA. Ancaman mogok pekerja mulai 28 Oktober sampai dengan 1 November 2013 dengan agenda menuntut kenaikan upah minimum yang lebih layak membuat pusing pebisnis di beberapa kawasan industri. Beberapa perusahaan mengantisipasi kemungkinan terburuk.

PT Astra Honda Motor (AHM), misalnya, sangat mungkin terkena imbas. Maklum, salah satu pabrik AHM berada di Cikarang, Jawa Barat, yang merupakan wilayah yang tergolong kompak serikat pekerjanya.

Thomas Wijaya, Deputy General Manager Divisi Pemasaran AHM memprediksi, produksi sepeda motor Honda bisa berkurang 20%-25% bila ancaman mogok benar-benar terlaksana. "Satu hari bisa berproduksi 15.000 motor sampai 18.000 motor," katanya ke KONTAN, Kamis (24/10).


Meskipun AHM ingin tetap produksi berjalan, realisasi di lapangan bisa berubah. Pasalnya, sebanyak 150 pemasok komponen AHM akan kesulitan masuk area pabrik yang bakal ramai pendemo saat aksi mogok berlangsung.

Persoalan serupa juga bakal dihadapi beberapa produsen komponen otomotif dan elektronik, termasuk PT Adyawinsa Dinamika. Menurut Markus Maturo, Presiden Direktur Adyawinsa Dinamika, proses produksi pabriknya tergantung para pemasok. Bila pemasok berhenti akibat mogok, otomatis Adyawinsa terhenti.

Meski begitu, beberapa perusahaan berusaha mencari solusi. Percetakan PT Gramedia Cikarang, misalnya telah menyiapkan alternatif menghadapi kemungkinan aksi mogok. Menurut Gito Handoyo, General Manager Cikarang Plant PT Gramedia, pihaknya akan menghilangkan shift pertama dan memaksimalkan shift kerja kedua dan ketiga. "Jam kerjanya mulai 16.00 sampai pagi," katanya.

Untuk mengantisipasi kemacetan di kawasan pabrik, keluar masuk barang cetakan bakal diatur pada malam hari. Jika kondisi lebih gawat, langkah terakhir adalah memindahkan proses produksi ke pabrik percetakan milik Gramedia lain, seperti di Palmerah, Jakarta Barat.

PT Martina Bertho punya strategi serupa. Mereka juga akan memperbanyak stok barang di tingkat distributor untuk mengantisipasi distribusi beberapa hari seret.

PT Kalbe Farma, PT Pan Brothers, PT Mayora Indah, serta PT LG Electronics Indonesia mengaku belum menyiapkan langkah antisipasi. "Kami akan monitor terus tiap hari," kata Vidjongtius, Direktur PT Kalbe Farma Tbk.

Koordinator Forum Komunikasi Asosiasi Nasional, Franky Sibarani, menghimbau perusahaan di kawasan industri memperkuat bipartit dengan serikat pekerja.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie