Industri mi akan tumbuh 4,5% tahun depan



JAKARTA. Industri mi diprediksi tumbuh 4,5% per tahun dalam lima tahun mendatang. Pertumbuhan ini ditopang meningkatnya permintaan dari masyarakat kelas bawah dan menengah."Selama 10 tahun terakhir segmen masyarakat itu menjadi penopang utama pertumbuhan pasar mie," ungkap Head of Food and Agribusiness Research and Advisory Asia Rabobank International John Baker, disela-sela konferensi ekonomi Indonesia Food and Agribusiness Outlook, Kamis (17/11).Pangsa pasar industri mi sekitar US$ 1,95 miliar pada 2010 lalu. Volumen konsumsi mi terus meningkat sebesar 5% per tahun sejak 2000. Khusus periode 2009-2010, pertumbuhan volume konsumsi industri mi melejit menjadi sekitar 6,9%.Baker mengatakan, pertumbuhan industri mi bisa meningkat mengingat potensi pasar domestik yang mencapai 239 juta orang. Apalagi, dia mengatakan, tingkat konsumsi per kapita pasar domestik masih terlalu rendah dibandingkan negara Asia lainnya. Dia mengatakan, konsumsi per kapita hanya sekitar 59 paket. Angka itu masih jauh di bawah konsumsi Korea Selatan sebesar 69 paket per kapita.Saat ini, Indofood Group dan Wing Group mendominasi pangsa pasar mi. Indofood Group menguasai pasar mie melalui merek Indomie, Supermie, dan Sarimi.Produk mi instan menguasai sekitar 93% dari total penjualan di Indonesia. Sementara segmen mi biasa relatif kecil dengan pertumbuhan sebesar 5% dalam 10 tahun terakhir. Permintaan mi biasanya masih berasal dari jasa penyedia layanan makanan dengan porsi 60%.Jasa penyedia layanan makanan sendiri memegang 15% dari total konsumsi mi. Dari porsi konsumsi itu, sekitar 75% berupa mi instan dan sisanya disuplai dari mi biasa. "Mi instan akan menyisakan pertumbuhan untuk mie biasa sekitar 3% per tahun," ujarnya.Untuk distribusi, ternyata jalur penjualan tradisional seperti warung dan toko kelontong menyumbangkan 70% distribusi produk yang minim profit marjin tersebut. Namun, distributor modern pun mengalami peningkatan kontribusi penyaluran produk itu dari 15% menjadi 17% pada lima tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can