Industri Mulai Menyiapkan Strategi Darurat



JAKARTA. Mata uang rupiah kita makin tak bisa diandalkan. Sejak pekan lalu, nilai tukarnya terus melemah. Ini jelas menjadi kabar buruk bagi industri yang bergantung pada bahan baku impor. Biaya yang harus mereka keluarkan untuk berbelanja bahan baku dari luar negeri akan semakin melambung.

Yang sudah terseret dampak pelemahan nilai rupiah saat ini adalah industri elektronik. Maklum, lebih dari 80% komponen elektronik di Indonesia masih berasal dari luar negeri. Sekretaris Jenderal Electronic Marketer Club (EMC) Handojo Sutanto menghitung, ongkos produksi produsen elektronik pasti membubung tinggi.

Imbasnya, kini para produsen berencana menaikkan harga jual produk elektronik antara 10% hingga 15%. Cuma, mereka akan menaikkan harga secara bertahap untuk mengantisipasi melemahnya daya beli masyarakat. "Harga jual tetap harus kompetitif," ujar Handoyo, Selasa (28/10).


Sebagian produsen elektronik memasang siasat lain: mengurangi komponen impor. Tapi, lantaran telanjur tergantung, cara ini tidak mudah. "Pengurangan pembelian terpaksa kami lakukan, tapi tetap kami sesuaikan dengan kondisi pasar," tandas Handoyo.

Selain produsen elektronik, para produsen otomotif juga mulai menghitung lagi ongkos produksi. "Bahan baku naik, harga plastik juga ikut naik. Mau apa lagi? Biaya secara total jelas ikut membengkak," keluh Johnny Dharmawan, Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor.

Karenanya, Johnny mengaku akan membuat siasat baru agar tak merugi semakin besar. Misalnya, memilih membatasi produksi mobil. Meski begitu, dalam kondisi sekarang, Johnny memilih tidak akan menaikkan harga jual mobil. "Kalau saya menaikkan harga, siapa yang mau membeli?" dalihnya.

Industri plastik juga mengeluhkan imbas melemahnya rupiah. Produsen plastik yang berbelanja bahan baku dari dalam negeri mungkin tak terlalu terpengaruh. Tapi, "Pengusaha yang mengandalkan impor pasti terganggu," kata Budi Susanto Sadiman, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Plastik dan Olefin Indonesia (Inaplas).

Untungnya belakangan ini harga bahan baku sempat turun lantaran harga minyak mentah anjlok. Tapi, "Itu menjadi tidak berarti dengan turunnya nilai rupiah saat ini," kata Budi. Untuk mengatasinya, industri plastik sekarang mencoba menahan dulu pembelian impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie