KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri otomotif dibayangi ancaman dampak pelemahan rupiah. Dalam penutupan perdagangan Jumat (4/11), kurs rupiah spot melemah 0,27% ke level Rp 15.738 per dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi turut menyengat industri otomotif. Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono mengatakan, pelemahan rupiah bisa mengerek biaya produksi industri-industri yang menggunakan bahan baku impor dalam kegiatan produksinya, termasuk di antaranya industri otomotif. “Industri otomotif itu kan sebagian dari bahan bakunya juga diimpor, yang menggunakan bahan baku impor pasti akan terkena dampak pelemahan rupiah karena biaya produksinya menjadi meningkat,” ujar Sutrisno saat dihubungi Kontan.co.id Jumat (4/11).
Baca Juga: Mobil Hybrid Masih Jadi Incaran Konsumen di Indonesia, Ini Sebabnya Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengonfirmasi, pelemahan rupiah dalam waktu yang lama bisa saja memicu kenaikan harga mobil. “(Ada tidaknya potensi kenaikan harga) Tergantung, kalau pelemahannya lama, ya harus ada penyesuaian harga,” ujar Jongkie. Meski begitu, Jongkie berujar bahwa opsi menaikkan harga mobil akan bervariasi dari satu pemain ke pemain otomotif lainnya. Keputusan tersebut, kata Jongkie, akan bergantung pada banyak pertimbangan. Terlebih, tingkat kandungan dalam negeri para pemain otomotif juga beragam. “(Keputusan menaikan atau tidak harga jual) Tergantung masing-masing merk, mungkin saja ada APM (Agen Pemegang Merek) yang mempunyai stok bahan baku banyak dengan harga lama, jadi masih bisa bertahan dan tidak perlu menaikkan harga. Ini kan juga ada marketing strategy-nya, bagaimana kalau pesaing belum menaikkan harga?” tutur Jongkie. Marketing & Customer Relations Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation (AI-DSO), Hendrayadi Lastiyoso mengatakan, Daihatsu belum ada rencana menaikkan harga jual produk sehubungan dengan pelemahan nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Mayora (MYOR) Belum Berencana Naikkan Harga Produk “Sampai dengan saat ini Daihatsu belum pernah melakukan penyesuaian harga yang dikhususkan dgn perubahan nilai tukar rupiah belakangan ini,” ujar Hendrayadi. Menyoal dampak pelemahan rupiah yang dirasakan, Hendrayadi mengaku belum bisa banyak berkomentar, sebab pihaknya masih terus memonitor perkembangan pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, ia memastikan bahwa Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) model-model Daihatsu rata-rata sudah lebih dari 80%. “Kandungan local purchase model-model Daihatsu saat ini rata-rata sudah di level lebih dari 80%,” ujar Hendrayadi. Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy mengonfirmasi, beberapa model mobil Honda telah mengalami kenaikan harga di tengah pelemahan rupiah ini. “Terakhir ada beberapa model di Oktober mengalami kenaikan harga,” ujar pria yang akrab dengan sapaan Billy.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,27% ke Rp 15.738 Per Dolar AS Pada Jumat (4/11) Billy memastikan, HPM tetap berusaha memberikan value yang terbaik untuk konsumen serta fokus menjaga pasokan produk yang masih terdampak kelangkaan komponen agar dapat secepatnya memenuhi permintaan konsumen. Selain itu, Billy juga memastikan bahwa HPM terus memonitor kondisi pelemahan rupiah, terutama dampaknya terhadap harga material dan ekonomi secara umum. “Meskipun demikian, kami optimistis dengan tren permintaan konsumen yang masih cukup tinggi saat ini, terutama peluncuran model-model baru yang kami lakukan belakangan ini,” tandas Billy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi