Industri pengemasan diproyeksi cuma tumbuh 5%



KONTAN.CO.ID - Industri pengemasan (packaging) sampai akhir tahun ini diperkirakan tetap tumbuh. Namun perkembangan bisnis tidak sesuai dengan ekspektasi awal pelaku industri. Sampai akhir tahun nanti, Federasi menurunkan target pertumbuhan industrinya menjadi 5%.

“Pertumbuhan ada, tapi tidak seperti proyeksi awal yang bisa 8%-9%,” ujar Henky Wibowo, Ketua Umum Federasi Pengemasan Indonesia kepada KONTAN, Jumat (8/9). 

“Artinya kalau tahun lalu nilai industri ini Rp 83 triliun, maka harapannya akhir tahun ini bisa ditutup di Rp 87 triliun,” urai Henky. Penyebab pertumbuhan industri pengemasan tidak sesuai harapan ialah karena sektor consumer goods tidak terlalu bergairah di tahun ini. 


Menurut Henky, sebagian besar kemasan diserap oleh produk consumer goods di samping makanan dan minuman. “Untuk minuman ready to drink (RTD) cenderung menurun, sepertinya ada perubahan daya beli konsumen. Saat ini orang membeli barang dengan pertimbangan secukupnya saja,” kata Henky.

Namun kesempatan tetap ada, Henky mencatat, sektor makanan ready to eat (RTE) yang biasanya disajikan di supermarket dan minimarket berpeluang menyerap kemasan lebih banyak. “Ini merupakan keuntungan bagi kemasan plastik,” sebutnya. Apalagi dengan kebiasaan pesan makanan online yang berkembang menyebabkan permintaan kemasan plastik transparan seperti ini turut meningkat.

Sedangkan kemasan kertas serta offset/printing bisa memaksimalkan dari hygene produk, seperti kemasan untuk pembalut dan popok bayi. “Masih ada peluang yang belum ditangkap industri, seperti kebutuhan kemasan praktis bagi produk usaha kecil menengah (UKM),” terang Henky.

Salah satu produsen kemasan kertas, PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK) sebelumnya sempat menyasar segmen tersebut. “Kami dulu sempat mendistribusikan kotak kemasan kecil lewat anak usaha kami, DAJK Distributor Indonesia,” sebut Dimas Andri Rindiyanto Erdian, Direktur Utama DAJK, saat kunjungan KONTAN ke pabriknya, Tangerang (7/9).

Produksi kemasan kecil tersebut terhenti lantaran plant III DAJK yang terbakar di 2015 lalu. Dimas mengatakan, kemasan kecil yang terbuat dari kertas milik DAJK biasanya ditemui di penjual makanan pinggir jalan seperti martabak, kue kecil dan makanan lainnya.

DAJK tengah merampungkan pembangunan kembali plant III, ditargetkan beroperasi kembali pada pertengahan 2018. Adapun kapasitas produksi plant III ialah 2.000-2.500 ton per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini