JAKARTA. Gelombang tinggi di sebagian perairan Indonesia yang terjadi belakangan ini mengancam industri pengolahan ikan. Pasokan bahan baku ikan berpotensi menyusut karena sebagian besar nelayan berhenti melaut. Jumlah nelayan yang masih tetap melaut sangat sedikit. Dari sekitar 250.000 nelayan di Jawa, hanya 5% yang masih berani melaut. "Itu terpaksa dilakukan karena tidak ada pekerjaan lain," ujar Budi Laksana, Sekretaris Jenderal Serikat Nelayan Indonesia (SNI). Pendapatan nelayan punĀ menurun tajam. Budi membandingkan, saat normal, para nelayan mendapat penghasilan Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per hari. Kini akibat cuaca ekstrim, pendapatan nelayan anjlok hingga 70%. Budi tak menyebut rata-rata hasil tangkapan ikan nelayan per hari.
Industri pengolahan ikan mulai tertekan
JAKARTA. Gelombang tinggi di sebagian perairan Indonesia yang terjadi belakangan ini mengancam industri pengolahan ikan. Pasokan bahan baku ikan berpotensi menyusut karena sebagian besar nelayan berhenti melaut. Jumlah nelayan yang masih tetap melaut sangat sedikit. Dari sekitar 250.000 nelayan di Jawa, hanya 5% yang masih berani melaut. "Itu terpaksa dilakukan karena tidak ada pekerjaan lain," ujar Budi Laksana, Sekretaris Jenderal Serikat Nelayan Indonesia (SNI). Pendapatan nelayan punĀ menurun tajam. Budi membandingkan, saat normal, para nelayan mendapat penghasilan Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per hari. Kini akibat cuaca ekstrim, pendapatan nelayan anjlok hingga 70%. Budi tak menyebut rata-rata hasil tangkapan ikan nelayan per hari.