Industri perbankan mengklaim likuiditas awal tahun masih normal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mengakui likuiditas di awal tahun masih normal dan tidak seketat yang dikhawatirkan banyak pihak. Itu tercermin dari terjaganya dari rasio dana pihak ketiga (DPK) terhadap pinjaman atau loan to deposit ratio (LDR) mereka.

Data Bank Indonesia (BI) mencatatkan penyaluran kredit perbankan pada Februari 2019 tumbuh 12% year on year (yoy) menjadi Rp 5,254,7 triliun. Ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya tumbuh 11,9%. Sementara DPK tumbuh 5,8% yoy menjadi Rp 5,401,9 triliun, lebih tinggi dari Januari yang tumbuh 5,1%.

Terjaganya likuiditas diawal tahun diakui oleh Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100,) Anggoro Eko Cahyo. LDR bank pelat merah ini per Februari berada di level 88%-90%. BNI mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sekitar 11%-12% di Februari dan penghimpunan dana dari masyarakat tumbuh normal sekitar 7%-8%.


"Llikuiditas tidak seketat sebagaimana yang dikhawatirkan banyak pihak karena BI sudah melakukan berbagai kelonggaran kebijakan makroprudensial seperti RIM dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM)." jelas Anggoro pada Kontan.co.id, Jumat (29/3).

Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan likuiditas perbankan akan semakin membaik ke depan sejalan dengan menurunnya yield surat berharga negara (SBN) sejalan dengan meningkatnya arus modal masuk (inflow) setelah menurunkan kekhawatiran dari faktor eksternal.

OJK mencatat rata-rata yield SBN tahun 2018 naik 154 basis poin (bps). Sementara di Januari hanya naik 4,4 bps dan di Februari tercatat turun 26,7 bps. Lalu per 22 Maret turun 19,9 bps.

Yohanes Santoso Wibowo, Deputi Komisioner Stabilitas Sistem OJK mengakui, telah terjadi sebelumnya persaingan antara bank dan pemerintah dalam memperebutkan likuiditas seiring dengan maraknya penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel.

"Dengan yield turun maka deposan yang sebelumnya memindahkan dananya ke ORI dan sukuk akan kembali lagi ke bank," ujarnya.

Sementara Anggoro menilai tidak terlalu relevan menghubungkan yield SBN dengan DPK atau likuiditas di bank. Dia bilang, BNI memiliki strategi sendiri terkait penghimpunan dana masyarakat dan pemeliharaan likuiditas tanpa memperhatikan kondisi SBN di pasar keuangan karena nasabah BNI luas dan banyak yang loyal.

Tahun ini, BNI tetap menargetkan menjaga LDR di level 88%-90% ada atau tidak adanya penurunan yield SBN. Untuk mendorong pertumbuhan DPK, BNI akan melanjutkan strategi optimalisasi outlet, optimalisasi e-channels, perdalam dana murah (CASA) dengan cara close loop transaction untuk mitra bisnis.

BNI juga tidak memiliki rencana untuk menaikkan suku bunga deposito karena level yang ada saat ini menurut Anggoro sudah memadai.

Senada, likuiditas PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN, anggota indeks Kompas100) juga masih normal saat ini. Hal itu diungkapkan Direktur Keuangan dan Treasury Bank BTN Iman Nugroho Soeko. LDR Bank BTN per Februari tercatat berada di level 108,5%. Penyaluran kredit bank ini tumbuh 20,% yoy dan DPK-nya tumbuh 15,8%.

Dengan penurunan yield SBN, suku bunga deposito BTN tetap realtif stabil bahkan cenderung turun. "Maksimal special rate deposito BTN sesuai guidance OJK yaitu 12 mo BI rate plus 100 bps atau setara 7,85%." kata Iman.

Sementara LDR Bank Mayapada berada di kisara 86%-87% saat ini. Rasio ini cukup masih cukup terjaga. Haryono Tjahrijadi Presiden Direktur Mapada mengatakan, pihaknya akan menjaga likuidtas di level 90% hingga akhir tahun.

Dirinya yakin itu tercapai karena perseroan tidak terlalu gencar dalam melakukan penyaluran kredit tahun ini dan hanya mematok pertumbuhan single digit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli