Industri perbankan menjajal bisnis paylater



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan tidak mau ketinggalan berebut kue dari pasar layanan cicilan skema bayar tunda atau buy now pay later (BNPL) yang tengah berkembang pesat di tengah tren belanja online

Layanan paylater saat ini semakin menjamur ditawarkan oleh perusahaan fintech dan e-commerce yang terintegrasi dengan platform mereka. Perbankan melihat potensi bisnisnya cukup bagus. Ada bank yang memilih memasuki bisnis ini lewat kolaborasi dengan layanan BNPL yang sudah ada. Namun, ada juga yang memiliki untuk mengembangkan layanan sendiri. 

Salah satunya adalah CIMB Niaga. Bank ini akan mengembangkan layanan BNPL sendiri dan juga sekaligus akan bekerjasama dengan dengan beberapa fintech. "Bisnis ini memiliki prospek bagus," katanya pada KONTAN, Kamis (9/9). 


Pengembangan layanan paylater CIMB Niaga ini masih dalam tahap ujicoba. Menurut Lani, peluncuran layanan ini kemungkinan baru akan dilakukan tahun depan. Lani menjelaskan, paylater ini tidak menyasar pasar dari kartu kredit. Pasalnya, limit atau ticket size paylater  kecil yakni sekitar 1 juta -Rp 5 juta sehingga tidak memiliki dampak langsung ke bisnis kartu kredit perseroan.

Serupa, Bank Mandiri juga memilih mengembangkan sendiri. Mandiri Paylater direncanakan akan dirilis pada kuartal IV tahun ini. Untuk menjalankan bisnisnya, perseroan akan menjalin kerjasama dengan e-commerce dan kini tengah melakukan penjajakan dengan Tokopedia, Traveloka, dan lain-lain. 

SVP Micro & Personal Loan Bank Mandiri Nurkholis M.Wahyudi mengatakan, potensi pasar pertama yang dilihat saat ini adalah nasabah eksisting atau yang sudah punya rekening di Bank Mandiri. Limit awal yang akan ditawarkan Mandiri Paylater ini sampai dengan Rp 5 juta. 

Meski begitu, tidak tertutup kemungkinan Bank Mandiri juga meningkatkan hingga Rp 20 juta. Sebagai mitigasi resiko atas limit yang besar ini, perseroan juga masih mengkaji untuk bekerjasama dengan perusahaan asuransi. 

Baca Juga: Tak mau ketinggalan, BRI gandeng Traveloka garap bisnis payLater

Nurkholis bilang, Mandiri Paylater tidak akan tumpang tindih dengan bisnis kartu kredit perseroan karena ada di dua segmen yang berbeda. Jika kartu kredit menyasar segmen medium income,  paylater akan masuk ke segmen berpenghasilan UMR. 

"Paylater tidak akan terlalu memberikan kontribusi ke baki debet kredit karena tenornya singkat. Sehingga secara volume pertumbuhan Kredit Serbaguna ke depan masih tetap dari kredit konsumtif secara umum," tambahnya. 

Tak ketinggalan, BCA juga punya rencana untuk menawarkan layanan paylater kepada nasabah. Namun, Santoso Liem Direktur BCA mengatakan, rencana itu masih dalam  pembahasan dan eksplorasi di internal bersamaan dengan beberapa fitur-fitur digital banking lainnya yang akan dikembangkan.

"Kami menyadari bahwa pandemi telah mempercepat digitalisasi dalam banyak hal, termasuk dalam penyediaan layanan perbankan. Kami melihat bahwa tren digitalisasi ini akan terus berlanjut," ujar Santoso.

Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sudah lebih dulu masuk ke bisnis ini dengan menggandeng Traveloka. Hingga Juli 2021, total portofolio BNI dari Traveloka Paylater mencapai Rp 47 miliar. Pada Juli 2021, perseroan memperluas kerjasama dengan menggandeng Shopee. 

Direktur Keuangan BNI Novita widya Anggraini mengatakan, bisnis Traveloka Paylater ini cukup bagus karena memiliki rata-rata suku bunga bersih atau bunga gross dikurangi premi asuransi cukup tinggi yakni 21,41%.

Sementara Rasio kredit bermasalah non performing loan (NPL) sebesar 3,8%.  "Namun, NPL ini sudah dibackup dengan asuransi kredit, sehingga resiko tersebut dapat terakomodasi," kata Novita. Ke depannya, BNI akan terus menambah kolaborasi dengan perusahaan lainnya untuk pengembangan paylater ini. Perseroan berharap paylater  bisa menjadi mesin pertumbuhan bisnis dalam jangka panjang.

Selanjutnya: PayPal bersiap akuisisi Paidy US$ 2,7 miliar demi perkuat posisinya di pasar paylater

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .