Industri petrokimia tersandera kurs dollar tinggi



JAKARTA. Bahan baku produksi industri petrokimia yaitu naphta masih 80%-100% impor. Pelaku industri petrokimia merasa terbebani dengan situasi kurs dollar saat ini. Budi Susanto Sadiman, Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik (Inaplas) mengatakan, industri petrokimia saat ini masih belum bisa lepas dari bahan baku impor. "Iya ini jadi keprihatinan kami semua, bahwa bahan baku industri petrokimia masih banyak yang impor," ujar Budi pada KONTAN, Minggu (26/7). Naphta masih banyak diimpor lantaran pasokan naphta di Indonesia masih sedikit. Untuk diketahui, naphta adalah minyak mentah olahan, yang digunakan sebagai bahan baku produksi industri petrokimia. Impor naphta mayoritas berasal dari Timur Tengah. Selain itu ada yang impor dari Singapura, Malaysia dan India. Dikarenakan masih banyak bergantung dari impor, dengan kondisi nilai tukar kurs dollar yang terus menguat membuat industri petrokimia jadi terbebani. "Iya karena untuk impor volume yang sama, kami jadi harus mengeluarkan dana lebih banyak karena kondisi kurs yang seperti ini," ujar Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa