KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana penurunan harga gas Industri membawa angin segar bagi Industri petrokimia. Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS), Fajar Budiono mengatakan bahwa penurunan harga gas industri ke level US$ 6 per mmbtu bisa memberikan potensi penghematan 2,5%-7,5% bagi pelaku industri petrokimia di sektor hulu.
Baca Juga: Asosiasi plastik (INAPLAS) dukung Permendag tentang impor limbah non-B3 Pasalnya, komponen biaya gas memiliki porsi yang tidak sedikit dalam struktur biaya produksi. Secara terperinci, Fajar mengatakan bahwa sebagian besar struktur biaya produksi industri petrokimia hulu terdiri atas biaya bahan baku dengan porsi sekitar 70%, biaya listrik 15%-20%, dan gas sebesar 5%-10%. “Di industri petrokimia itu setelah bahan baku dan listrik, gas merupakan komponen biaya yang terbesar di industri ini,” kata Fajar kepada Kontan.co.id (13/01). Sayangnya, biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gas tidaklah sedikit di Indonesia. Fajar mencatat, sebelumnya harga gas industri paling rendah yang musti ditanggung oleh pelaku industri petrokimia hulu adalah sebesar US$ 9,5 per mmbtu. Artinya, harga gas industri yang musti ditanggung bisa saja lebih besar dari besaran tersebut. Padahal, menurut catatan Fajar, harga gas di negara kompetitor bisa berada di bawah US$ 4 per mmbtu. Oleh karenanya, Ia menyambut baik rencana realisasi penetapan harga industri sebesar US$ 6 per mmbtu yang dicanangkan oleh pemerintah.
Baca Juga: Menakar investasi baru di 2020, dari tekstil hingga petrokimia Menurutnya, realisasi penetapan harga gas industri sebesar US$ 6 per mmbtu bisa memberi kepastian serta menambah kepercayaan diri pelaku industri petrokimia yang sedang melancarkan agenda ekspansinya di dalam negeri. Asal tahu saja, beberapa pelaku industri petrokimia seperti misalnya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan memang tengah mengawal agenda ekspansinya. Sebagaimana yang telah dimuat dalam pemberitaan Kontan.co.id (23/12/19), emiten yang memiliki kode saham
TPIA ini tengah menyiapkan mega proyek senilai US$ 5 miliar pengembangan pabrik Chandra Asri Perkasa 2 (CAP 2). Seiring dengan realisasi penetapan harga gas ini, Fajar memperkirakan konsumsi gas industri sektor kimia hulu, termasuk di dalamnya subsektor petrokimia, bisa meningkat menjadi 1.000 juta kaki kubik per hari (
million standard cubic per feet per day/mmscfd) di tahun 2023, meningkat sekitar 33,33% dibanding kebutuhan gas sektor kimia hulu tahun ini yang diproyeksikan sebesar 750 mmscfd. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .