Industri Pupuk Butuh Tambahan Gas



JAKARTA. Industri pupuk terus melanjutkan revitalisasi dan membangun pabrik baru. Alhasil, kebutuhan gas untuk industri pupuk akan bertambah sekitar 24 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dalam tiga tahun ke depan.

Staf Ahli Menteri Bidang Penguatan Struktur Industri Kementerian Perindustrian, Achdiat Atmawinata menuturkan, tahun lalu, kebutuhan gas industri pupuk mencapai 797 mmscfd. Tahun 2015, ia memperkirakan kebutuhan gas bakal meningkat menjadi 821 mmscfd. "Kebutuhan gas sebagai bahan baku pupuk akan terus meningkat sejalan dengan rencana pembangunan pabrik baru," katanya, Rabu (17/7).

Saat ini, beberapa perusahaan pupuk tengah berencana membangun pabrik baru. Diantaranya, Pupuk Kalimantan Timur (PKT) yang akan membangun pabrik Kaltim-5, Petrokimia Gresik akan membangun PKG-2, Pupuk Sriwidjaja (Pusri) akan membangun Sriwijaya-IIB dan Sriwijaya-IIIB, serta pabrik Pupuk Kujang-1C. Karenanya, kontrak tambahan gas untuk beberapa pabrik tersebut kini tengah disiapkan.


Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri), Zain Ismed bilang, revitalisasi pabrik Pusri IIB sangat mendesak. Pasalnya, dengan umur pabrik yang sudah 38 tahun, pabrik Pusri IIB sudah tidak efisien lagi.

Selain mendongkrak produksi, Zain bilang, revitalisasi pabrik juga membuat perusahaan lebih efisien. Menurutnya, dengan pabrik baru, konsumsi gas bisa dihemat sekitar 11 mmbtu hingga 13 mmbtu untuk tiap ton pupuk urea.

Zain menambahkan, Pusri juga tengah mengembangkan program gasifikasi batubara sebagai alternatif bahan baku. Ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kendala pasokan gas industri.

Zain bilang, potensi gasifikasi batubara cukup besar karena 40% deposit batubara di Indonesia berada di Sumatra Selatan, dekat dengan pabrik milik perusahaan. "Selain mesin yang sudah tua, pasokan gas yang tersendat juga ikut mempengaruhi produksi," katanya.

Tahun ini, produksi pupuk urea Pusri diperkirakan hanya akan mencapai 2,04 juta ton, lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang mencapai sekitar 2,05 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi