JAKARTA. Industri reksadana sepertinya menjadi magnet yang semakin menarik minat investor. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total dana kelolaan reksadana (tidak termasuk reksadana penyertaan terbatas) hingga akhir Mei 2014 lalu mencapai Rp 200,69 triliun, naik 0,34% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kinerja tersebut membaik dibandingkan tahun lalu. Di akhir 2013, dana kelolaan tercatat Rp 190,01 trilliun, turun 0,3% dibanding akhir 2012. Kenaikan dana kelolaan sejalan dengan pertumbuhan unit penyertaan (UP). Pada akhir Mei 2014, ada 124,24 miliar unit, meningkat 0,63% dibanding bulan April sejumlah 123,46 miliar unit. Namun, jika dibandingkan awal tahun ini terjadi penurunan UP. Per Januari 2014 tercatat 124,56 miliar UP. Pengamat pasar modal, Hans Kwee memperkirakan, kenaikan dana kelolaan ditopang kinerja pasar modal yang sedang melaju Selama lima bulan pertama di tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik 14,5%. Nah, kenaikan IHSG ikut mendorong pertumbuhan dana kelolaan reksadana.Menurut Hans, pasar modal negara berkembang, termasuk Indonesia diuntungkan oleh likuiditas pasar dunia yang sedang longgar. "Dana itu masuk ke pasar saham dan bond kita, karena pemilu kita relatif aman," kata Hans, Minggu (15/6).Ia memperkirakan, hingga akhir tahun ini, dana kelolaan bisa naik sekitar 30% dibandingkan tahun lalu. "Dari jumlah tersebut, sekitar 20% akan disumbang dari kenaikan aset dasar atau IHSG dan pasar obligasi. Sedangkan, 20% merupakan penambahan nasabah baru," ungkapnya.Tapi Hans mengingatkan, menjelang puasa dan Lebaran kemungkinan ada penarikan dana alias redemption, tapi jumlahnya tidak signifikan.Sementara Ridwan Soetedja, Direktur PT Panin Asset Management, menambahkan, peningkatan dana kelolaan juga disumbang pertambahan jumlah investor reksadana.Profit taking Rudiyanto, pengamat pasar modal, menilai, penyusutan UP pada bulan Mei dibandingkan awal tahun ini lantaran investor melakukan aksi ambil untung. Maklum, IHSG sudah naik cukup tinggi tahun ini. Analis Infovesta Utama, Parto Kawito mencatat, penyusutan unit penyertaan terjadi pada reksadana saham dan reksadana campuran, sedangkan pada reksadana pasar uang dan pendapatan tetap terjadi kenaikan unit. "Investor sudah pandai melakukan market timing," ungkapnya.Direktur Utama Samuel Aset Manajemen, Agus Yanuar tak menampik, ada investor yang redemption. "Ada klien institusi yang redemption reksadana saham sebagai realisasi keuntungan. Mereka menunggu saat yang bagus untuk masuk lagi," klaim Agus. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Industri reksadana mencetak rekor
JAKARTA. Industri reksadana sepertinya menjadi magnet yang semakin menarik minat investor. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total dana kelolaan reksadana (tidak termasuk reksadana penyertaan terbatas) hingga akhir Mei 2014 lalu mencapai Rp 200,69 triliun, naik 0,34% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kinerja tersebut membaik dibandingkan tahun lalu. Di akhir 2013, dana kelolaan tercatat Rp 190,01 trilliun, turun 0,3% dibanding akhir 2012. Kenaikan dana kelolaan sejalan dengan pertumbuhan unit penyertaan (UP). Pada akhir Mei 2014, ada 124,24 miliar unit, meningkat 0,63% dibanding bulan April sejumlah 123,46 miliar unit. Namun, jika dibandingkan awal tahun ini terjadi penurunan UP. Per Januari 2014 tercatat 124,56 miliar UP. Pengamat pasar modal, Hans Kwee memperkirakan, kenaikan dana kelolaan ditopang kinerja pasar modal yang sedang melaju Selama lima bulan pertama di tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik 14,5%. Nah, kenaikan IHSG ikut mendorong pertumbuhan dana kelolaan reksadana.Menurut Hans, pasar modal negara berkembang, termasuk Indonesia diuntungkan oleh likuiditas pasar dunia yang sedang longgar. "Dana itu masuk ke pasar saham dan bond kita, karena pemilu kita relatif aman," kata Hans, Minggu (15/6).Ia memperkirakan, hingga akhir tahun ini, dana kelolaan bisa naik sekitar 30% dibandingkan tahun lalu. "Dari jumlah tersebut, sekitar 20% akan disumbang dari kenaikan aset dasar atau IHSG dan pasar obligasi. Sedangkan, 20% merupakan penambahan nasabah baru," ungkapnya.Tapi Hans mengingatkan, menjelang puasa dan Lebaran kemungkinan ada penarikan dana alias redemption, tapi jumlahnya tidak signifikan.Sementara Ridwan Soetedja, Direktur PT Panin Asset Management, menambahkan, peningkatan dana kelolaan juga disumbang pertambahan jumlah investor reksadana.Profit taking Rudiyanto, pengamat pasar modal, menilai, penyusutan UP pada bulan Mei dibandingkan awal tahun ini lantaran investor melakukan aksi ambil untung. Maklum, IHSG sudah naik cukup tinggi tahun ini. Analis Infovesta Utama, Parto Kawito mencatat, penyusutan unit penyertaan terjadi pada reksadana saham dan reksadana campuran, sedangkan pada reksadana pasar uang dan pendapatan tetap terjadi kenaikan unit. "Investor sudah pandai melakukan market timing," ungkapnya.Direktur Utama Samuel Aset Manajemen, Agus Yanuar tak menampik, ada investor yang redemption. "Ada klien institusi yang redemption reksadana saham sebagai realisasi keuntungan. Mereka menunggu saat yang bagus untuk masuk lagi," klaim Agus. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News