Industri Reksadana Syariah melambat



JAKARTA. Industri reksadana syariah melambat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat dana kelolaan reksadana syariah turun menjadi Rp 10,10 triliun pada September 2015 dibandingkan akhir 2014 lalu yang Rp 11,15 triliun.

Porsi reksadana syariah juga turun menjadi 4% pada September 2015 terhadap total dana kelolaan reksadana yang sebesar Rp 252,68 triliun. Pada akhir 2014 lalu, porsi reksadana syariah mencapai 4,65% dibandingkan total dana kelolaan reksadana yang sebesar Rp 241,46 triliun.

Padahal, dari sisi jumlah produk justru bertambah. Yakni, dari 74 produk reksadana syariah menjadi 85 produk.


Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga mengatakan turunnya dana kelolaan dipicu oleh tekanan pasar yang menjadi aset dasar reksadana syariah. Sekadar informasi, indeks harga saham gabungan (IHSG) secara year to date (YTD) September minus 19,19%. Demikian juga dengan indeks obligasi pemerintah tercatat minus 0,89%.

"Apalagi saham dan SUN (surat utang negara) cenderung tertekan sepanjang September," ujar Desmon, Jakarta, akhir pekan lalu.

Di samping itu, turunnya dana kelolaan juga dipicu oleh berkurangnya dana masuk atau subscription ke reksadana syariah. Menurut Desmon, tekanan pasar modal mengakibatkan investor cenderung mengurangi investasi dan menahan kas.

Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengakui dana kelolaan reksadana syariah racikannya turun lantaran mark to market. Dia juga sepakat tak banyak investor masuk reksadana syariah.

Alasannya, rekadana saham syariah memiliki volatilitas lebih tinggi dibandingkan reksadana saham konvensional. "Sedangkan untuk reksadana pendapatan tetap, obligasi syariah sebagai aset dasar kurang likuid apabila dibandingkan obligasi non syariah," tambah Soni.

Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul mengatakan penurunan dana kelolaan disumbang oleh turunnya rata-rata harga saham syariah sekitar 15% hingga 20%. "Sehingga meskipun terdapat subscription, dana kelolaan sulit naik," kata Jemmy.

Rudiyanto, Head of Operation dan Business Development Panin Asset Management mengatakan lambatnya pertumbuhan industri reksadana syariah disebabkan oleh kurangnya minat investor untuk berinvestasi di produk ini. Pasalnya, kinerja reksadana syariah tak berbeda jauh dibandingkan reksadana konvensional.

"Sehingga tidak ada nilai tambah yang bisa ditonjolkan oleh reksadana syariah. Minat investor akan naik apabila performa reksadana syariah luar biasa," tutur Rudiyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto