Industri Reksadana Topang Kinerja Pasar Modal di 5 Tahun Terakhir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana menjadi instrumen investasi pilihan utama di Tanah Air. Perkembangan industri reksadana sejalan dengan meningkatnya partisipasi masyarakat di pasar modal.

Senior Vice President, Head of Retail Marketing & Product Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, reksadana diminati karena memungkinkan investor dengan modal yang lebih kecil untuk memiliki portofolio yang terdiversifikasi.

Faktor-faktor seperti edukasi keuangan yang lebih baik, aksesibilitas teknologi, dan juga meningkatnya kesadaran akan investasi turut mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam investasi seperti reksadana ataupun saham.


Minat investasi pada reksadana salah satunya tercermin dari pertumbuhan dana kelolaan alias Asset Under Management (AUM) dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJJK), dana kelolaan telah bertambah menjadi Rp 516,681 triliun dari Rp 493.325 triliun selama periode Agustus 2018 – Agustus 2023.

Pertumbuhan dana kelolaan pada reksadana cukup bervariasi dalam lima tahun terakhir. Di mana, reksadana pendapatan tetap menjadi kelas aset yang mencatatkan peningkatan AUM signifikan, sementara AUM reksadana saham terpantau turun.

Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Bergerak Fluktuatif dalam 5 Tahun Terakhir

Reza mencermati, pertumbuhan dana kelolaan reksadana beberapa tahun belakangan ini tidak terlepas dari meningkatnya partisipasi investor di pasar modal. Sebelum tahun 2021, pasar modal di berbagai negara termasuk Indonesia memang telah mengalami perkembangan yang signifikan.

“Kenaikan indeks saham, peningkatan aktivitas perdagangan, dan minat investor yang tinggi terhadap investasi saham dan instrumen pasar modal lainnya menjadi ciri penting dari periode ini,” ungkap Reza kepada Kontan.co.id, Sabtu pekan lalu.

Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal mencapai 11,58 juta investor per Agustus 2023 dari jumlah akhir tahun 2018 sebesar 1,82 juta investor.

Investor reksadana menopang pergerakan pasar modal dengan jumlah investor individu (SID) sebanyak 10,85 juta investor per Agustus 2023. Jumlah tersebut meningkat berkali-kali lipat jika dibandingkan 995 ribu investor reksadana pada akhir tahun 2018.

Sementara itu, investor Saham dan Surat Berharga Lainnya tercatat sebanyak 4,95 juta, sedangkan investor Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 943 ribu investor hingga akhir Agustus 2023.

Walaupun demikian, Reza mengamati pertumbuhan dana kelolaan di pasar modal belakangan ini sebenarnya bisa dikatakan pula hanya berpindah-pindah dari satu aset ke aset lainnya. Dalam lima tahun terakhir, investor aktif meramu portofolio investasi dengan tujuan mencari imbal hasil lebih tinggi atau berniat untuk mengamankan aset dari risiko.

Baca Juga: Reksadana Pasar Uang Kembali Diminati pada Bulan Agustus 2023

Pada tahun 2020, investor mengalihkan aset saham kepada aset yang lebih berisiko rendah saat wabah covid merebak. Di balik naiknya AUM reksadana selama lima tahun terakhir ini sebenarnya juga sempat mengalami anjlok parah di tahun 2022.

Reza berujar, adanya perubahan minat investasi selaras dengan perkembangan faktor-faktor ekonomi, kebijakan moneter, dan preferensi investor. Investor cenderung mencari investasi yang dapat memberikan imbal hasil lebih tinggi daripada simpanan tradisional karena suku bunga rendah.

“Pertumbuhan dana mencerminkan perpindahan masyarakat ke instrumen investasi dengan return lebih tinggi, ini mungkin benar sebagian,” kata Reza.

Kemunculan instrumen investasi baru ke depannya seperti kripto juga dapat mempengaruhi aliran dana dan preferensi investor. Dana kelolaan mungkin terbagi lebih merata antara berbagai instrumen investasi karena investor mencari diversifikasi dan imbal hasil yang berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari